Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Moneter

Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga untuk Kedua Kalinya dalam 17 Tahun

Foto : AFP/KAZUHIRO NOGI

Bendera nasional Jepang terlihat di kantor pusat Bank of Japan (BoJ), di Tokyo. Bank of Japan menaikkan suku bunga utamanya, Kamis (31/7). Kenaikan suku bunga kedua sejak 2007 sebagai langkah mundurnya dari kebijakan moneter ultra-longgar yang sudah berlangsung lama.

A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) pada hari Rabu (31/7) kembali mengakhiri program pelonggaran moneter besar-besarannya dengan menaikkan suku bunga untuk yang kedua kalinya dalam 17 tahun, mengindikasikan rencana untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika perekonomian berjalan sesuai harapan para pejabat.

Kebijakan ultra-longgar yang berlangsung lama telah membuat BoJ menjadi bank sentral yang berbeda dari yang lain dalam beberapa tahun terakhir dan menekan nilai yen.

Dikutip dari Barron, setelah pertemuan kebijakan dua hari, BoJ menetapkan suku bunga sebesar 0,25 persen, naik dari suku bunga sebelumnya sekitar nol hingga 0,1 persen.

Langkah itu dilakukan setelah kenaikan suku bunga pada bulan Maret yang merupakan yang pertama sejak tahun 2007 dan mengakhiri kebijakan suku bunga negatif yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan di ekonomi terbesar keempat di dunia.

Keputusan hari Rabu, yang juga merinci rencana untuk memangkas pembelian obligasi pemerintah, membantu mendorong yen hingga kurang dari 152 per dollar AS pada satu titik. "Oleh karena itu, bank akan terus menaikkan suku bunga kebijakan dan menyesuaikan tingkat akomodasi moneter jika ekonomi Jepang bergerak sesuai dengan prediksi," kata BoJ.

Para analis terbagi pendapatnya tentang apakah BoJ akan menaikkan suku bunga, dengan beberapa memperkirakan pembuat kebijakan akan menunggu hingga musim gugur karena lesunya konsumsi di Jepang.

Sementara upah meningkat, dengan serikat pekerja mengamankan kenaikan terbesar dalam tiga dekade, hal ini telah diredam oleh inflasi, yang telah berada di atas target bank sebesar dua persen sejak April 2022.

Tak Terlalu Berisiko

Gubernur BoJ, Kazuo Ueda, berusaha meyakinkan pengamat pasar bahwa langkah terbarunya tidak terlalu berisiko. "Kenaikan suku bunga masih sangat rendah sebagai suku bunga riil. Tidak akan berdampak negatif besar pada ekonomi," katanya kepada wartawan.

Kenaikan upah telah terlihat di seluruh Jepang dalam berbagai sektor, di antara bisnis kecil dan besar, kata Ueda, dengan harga dan upah diperkirakan akan terus meningkat.

"Mengenai konsumsi pribadi, meskipun dampak kenaikan harga terlihat jelas, pandangan kami adalah dampaknya tetap sangat solid," tambahnya.

Bank tersebut mengatakan akan mengurangi separuh pembelian Obligasi Pemerintah Jepang bulanannya dari enam triliun yen (40 miliar dollar AS) selama dua tahun ke depan. Pembelian tersebut telah digunakan untuk membantu menjaga biaya pinjaman tetap rendah selama bertahun-tahun.

Perhatian kini tertuju pada pengumuman Federal Reserve yang akan dirilis hari ini. Para analis dan pedagang secara umum memperkirakan akan ada jeda lagi oleh bank sentral AS sambil mengharapkan persetujuan untuk penurunan suku bunga pada bulan September.

Yen telah jatuh terhadap dollar AS selama dua setengah tahun terakhir karena bank sentral lain, termasuk Fed, secara agresif menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi.

Yen pada awal Juli mencapai level terlemahnya terhadap dollar AS sejak 1986, tetapi telah menguat sejak saat itu, memicu spekulasi bahwa pemerintah Jepang telah memberikan bantuan. Data Kementerian Keuangan tentang intervensi valas akan dirilis pada hari Rabu.

Yen telah menguat lebih lanjut dalam beberapa hari terakhir karena ekspektasi kenaikan suku bunga meningkat, didorong oleh laporan media dan komentar tokoh senior pemerintah.

Saisuke Sakai, Kepala Ekonom di Mizuho Research & Technologies, mengatakan BoJ yakin harga bergerak ke arah yang diinginkannya. Meskipun konsumsi agak lemah, kenaikan gaji cukup kuat yang kemungkinan akan meningkatkan konsumsi cepat atau lambat.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top