Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Tiongkok Naik Jadi 8,5%
Foto: Koran JakartaBEIJING - Bank Dunia menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini dari 8,1 persen menjadi 8,5 persen, Selasa (29/6). Badan itu mengatakan, pemulihan penuh akan tercapai setelah ada kemajuan dalam vaksinasi terhadap virus korona.
Laporan tersebut menambah tanda-tanda positif bagi Tiongkok, ekonomi utama pertama yang pulih dari pandemi. Aktivitas pabrik dan konsumen kembali di atas tingkat sebeum wabah, meskipun pihak berwenang telah memberlakukan kembali kontrol perjalanan di beberapa daerah untuk melawan wabah akibat varian virus yang baru.
"Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun depan kemungkinan akan turun menjadi 5,4 persen karena rebound dari kemerosotan global yang membuat sejarah tahun lalu memudar dan aktivitas kembali normal," kata Bank Dunia.
Perkiraannya adalah peningkatan dari laporan pada April yang mengatakan Tiongkok dan Vietnam adalah ekonomi Asia Timur yang mencapai pemulihan "berbentuk v" pada tahun 2020 dengan output kembali di atas tingkat sebelum pandemi.
Tiongkok berada di jalur untuk memvaksinasi 40 persen populasinya pada awal musim panas. "Tetapi pemulihan penuh juga akan membutuhkan kemajuan berkelanjutan untuk mencapai imunisasi yang tersebar luas," kata Bank Dunia.
Pakar ekonomi dari Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI), Surabaya, Leo Herlambang mengatakan, pernyataan Bank Dunia yang menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sangat wajar. Hal itu seharusnya akan meningkatkan keoptimisan negara-negara lain dalam mengejar pemulihan.
"Tiongkok sekarang memang menjadi penguasa pasar dunia terbesar, wajar jika negara ini semakin tinggi pertumbuhannya. Indikatornya memang mulai kelihatan, harga komoditas membaik, harga pangan juga naik, ini menunjukkan optimisme yang tentu akan disambut oleh antusias para investor. Perkiraan World Bank ini biasanya juga dekat dengan prediksi dari AS, diharapkan akan membawa optimisme ke AS dan negara-negara lain. Seharusnya optimisme ini juga kita (Indonesia) miliki, bahwa dengan vaksinasi yang maju akan dapat membantu pemulihan. Dan itu sekarang sudah mulai dilakukan, siapa saja dipersilahkan vaksin. Harapannya jika sudah mencapau target sekian persen, akan berdampak pada pemulihan kita," pungkasnya.
Konsitensi dan Keseriusan
Sementara itu, peneliti ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Fajar B. Hirawan menegaskan, kunci dari membaiknya perekonomian Tiongkok adalah konsistensi dan keseriusan dalam eksekusi kebijakan.
Tiongkok dengan segala kekurangan yang dimilikinya, setidaknya diuntungkan dengan tersentralisasinya arahan kebijakan dari pusat. Koordinasi kebijakan menjadi lebih mudah sehingga eksekusinya lebih mulus dalam penanganan kasus covid serta pemulihan ekonomi.
Terkait dengan proyeksi ekonomi RI tahun 2021, ia memperkirakan bahwa dengan meningkatnya kasus Covid-19 terakhir, pemerintah tak usah terlalu berharap pada proyeksi awal sebesar 4-5 persen. Angka itu terlalu tinggi dengan meningkatnya kasus belakangan.
"Akan tetapi jika tidak ada kejadian luar biasa sampai dengan akhir 2021 dan tren optimisme konsumen (dilihat dari IKK) serta tren ekspansi industri manufaktur (dilihat dari PMI Manufaktur) terus berlanjut, saya rasa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di kisaran 3-4 persen (yoy) di tahun 2021,"pungkas Fajar.
Ekonom STIE YKP Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko mengatakan bahwa keberhasilan Tiongkok harus menjadi contoh utama Indonesia keluar dari jurang krisis akibat pandemi.
Sektor manufaktur yang sangat kuat di Tiongkok berhasil menyelamatkan ekonominya. Selain itu, aliran investasi asing ke Tiongkok sama sekali tidak terganggu. Kepercayaan investor pada Tiongkok tak pernah surut meski negara itu pertama mendapat terjangan korona.
"Nah di kita ini kan sisi trust-nya itu yang agak kurang. Pemerintah seperti tampak tak berdaya menghadapi korona sekaligus mengatur warganya, jadi pekerjaan rumahnya makin banyak, papar Adit.
SB/ers/CNA
Berita Trending
- 1 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 2 the Straits Times Memprediksi Presiden Prabowo Bersama Sembilan Presiden dan PM Negara Lain Jadi Pemimpin Dunia Berpengaruh
- 3 Kebijakan PPN 12 Persen Masih Jadi Polemik, DPR Segera Panggil Menkeu
- 4 Masuki Masa Pensiun, Kepala BSSN dan Kepala Basarna Diganti
- 5 Gara-gara Faktor Inilah, Pelantikan Kepala Daerah Terpilih di Provinsi Bali Diundur