Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perdagangan Dunia

Bank Dunia: Negara-negara Berupaya Kurangi Kebergantungan pada Tiongkok

Foto : ANDREW CABALLERO-REYNOLDS/AFP

Presiden Bank Dunia, David Malpass

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Bank Dunia menyatakan bahwa negara-negara di seluruh dunia tengah berupaya untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan mengurangi kebergantungan pada Tiongkok.

Presiden Bank Dunia, David Malpass, pada Selasa (12/4) waktu Washington, mengatakan perdagangan lintas negara akan tetap penting bagi ekonomi global, dan Tiongkok memiliki peran besar, baik sebagai konsumen maupun produsen barang. Apalagi negara tersebut sekarang telah menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia dan kemungkinan akan menjadi yang terbesar.

Sebelumnya, Malpass saat berbicara di sebuah acara di Warsawa mengatakan bahwa Tiongkok juga perlu menjadi bagian dari sebuah sistem nilai yang dianut oleh negara-negara lain dalam sistem perdagangan global.

"Saya tidak tahu apa itu akan terjadi," ujar Malpass seperti dikutip dari Reuters.

Ditanya mengenai kemungkinan Tiongkok menuju krisis karena langkah penguncian Covid-19 yang parah dan masalah utang di sektor propertinya, Malpass mengakui kalau negara tersebut mengalami kemunduran besar di berbagai bidang, sehingga perkiraan pertumbuhan ekonominya telah diturunkan.

Bank Dunia, kata Malpass, terus menjalin kerja sama yang baik dengan Tiongkok, sebagai pemegang saham utama dan peminjam yang menggunakan pembiayaannya untuk memberi kembali pinjaman dengan nilai yang menyusut.

Lembaga keuangan global itu juga bekerja sama dengan Tiongkok untuk mendorong negara itu lebih transparan mengenai pemberian pinjamannya ke negara-negara berkembang. "Jadi, cara saya memandang hal ini adalah bahwa dunia perlu berinteraksi dengan Tiongkok dan mengakui bahwa Tiongkok berperan penting di dunia dan semakin penting," kata Malpass.

Momen Baru

Dalam kesempatan itu, Malpass juga tidak percaya kalau dunia tengah menghadapi sebuah "momen Bretton Woods" yang baru, yakni mengacu pada konferensi 1944 yang mengubah arsitektur keuangan internasional dan menciptakan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) di tengah reruntuhan Perang Dunia Kedua.

Menurut dia, sistem yang sudah ada itu, dengan dollar Amerika Serikat (AS) sebagai intinya, berfungsi cukup baik.

"Pandangan saya adalah kita tidak sama sekali berada pada titik (momen baru) itu sekarang. Tidak ada perasaan dunia yang hilang arah," kata Malpass.

"Yang ada rasa persatuan sebagian besar dunia dalam satu upaya, yaitu mengakhiri perang di Ukraina," pungkasnya.

Sebelumnya, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan konflik antara Russia dan Ukraina telah memberikan pukulan telak bagi ekonomi global. Pertumbuhan perdagangan global 2022 yang diperkirakan pada Oktober lalu bakal tumbuh 4,7 persen, kini direvisi turun berkisar 2,4-3 persen. Proyeksi berdasarkan model simulasi ekonomi global, dibuat oleh Sekretariat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) seperti yang dirilis pada Senin (11/4).

Menurut model simulasi itu, krisis dapat menurunkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global 0,7-1,3 persen ke level 3,1 hingga 3,7 persen pada tahun ini.

"Konflik mendorong harga pangan dan energi, dan mengurangi ketersediaan barang yang diekspor oleh Russia dan Ukraina," kata WTO dalam catatannya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top