Selasa, 11 Feb 2025, 01:00 WIB

Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Stabil 5 Persen di Tengah Perlambatan Global

World Bank Country Director untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk saat menyampaikan sambutan dalam acara The Business Environment in Indonesia: Exploring the Worldbank’s Business Ready Report, Jakarta, Senin (10/2).

Foto: ANTARA/Ahmad Muzdaffar Fauzan

Jakarta – Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut, Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya di kisaran 5 persen. Bank Dunia (World Bank) dalam laporan terbarunya menyoroti ketahanan ekonomi Indonesia, yang tetap stabil meskipun menghadapi tekanan dari perlambatan ekonomi global, inflasi, dan dinamika geopolitik.

Bank Dunia menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat sebesar 5,03 persen (ctc) pada 2024 mencerminkan pertumbuhan yang stabil di tengah perlambatan ekonomi global dengan rata-rata pertumbuhan hanya 2,7 persen.

"Tetapi kita harus ingat bahwa pertumbuhan ekonomi masih di bawah laju rata-rata dalam satu dekade sebelum Covid-19. Dan secara perekonomian global, kita melihat banyak negara berkembang sedang menghadapi utang yang tinggi, pertumbuhan investasi lambat, dan tentu saja tantangan terkait iklim," kata World Bank Country Director untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk

Seperti dikutip dari Antara, Carolyn menjelaskan, Indonesia memiliki keuntungan dengan populasi yang besar yang berkontribusi pada stabilitas ekonomi. Namun, untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045, laju pertumbuhan perlu ditingkatkan setidaknya menjadi enam persen per tahun.

Guna mencapai target tersebut, ia memandang perlunya reformasi kerangka regulasi serta birokrasi yang lebih efektif di Indonesia. Selain itu, meningkatkan produktivitas sektor swasta dan memperkuat daya saing bisnis akan menjadi kunci dalam mencapai target tersebut.

"Masih terdapat ruang perbaikan dalam penyediaan layanan publik untuk mendukung kepatuhan terhadap regulasi bisnis," tuturnya.

Bank Dunia mencatat bahwa di antara 50 negara yang dievaluasi, sebagian besar memiliki regulasi bisnis yang cukup baik, dengan skor rata-rata 65,5 dari 100. Namun, pelayanan publik yang mendukung kepatuhan bisnis masih menjadi tantangan, dengan skor global mendekati 50 persen.

Laporan ini selaras dengan studi Bank Dunia sebelumnya, "Unleashing Indonesia’s Business Potential," yang dirilis pada Juni 2024.

Studi tersebut menyoroti perlunya reformasi peraturan guna menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kompetitif, terutama dalam sektor manufaktur dan jasa.

Carolyn menilai di tengah ketidakpastian global, termasuk meningkatnya utang negara berkembang, perlambatan investasi, serta tantangan perubahan iklim, peran sektor swasta menjadi semakin vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Dengan perekonomian yang tetap tumbuh stabil di tengah tantangan global, Indonesia memiliki peluang besar untuk terus memperkuat fundamental ekonominya melalui kebijakan yang mendorong investasi dan inovasi bisnis.

"Hal ini juga menyoroti sejumlah reformasi regulasi yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang kompetitif dan kami percaya bahwa lingkungan ini penting untuk meningkatkan produktivitas di bidang manufaktur dan jasa," ucapnya.

Pendorong Ekonomi

Sementara itu,Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Kinerja ekonomi Indonesia tetap solid dan lebih baik dibandingkan beberapa negara maju maupun berkembang lainnya di tengah ketidakpastian global. Pada Q4-2024, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan peer countries seperti Singapura (4,3%), Arab Saudi (4,4%), dan Malaysia (4,8%). Sementara itu di sepanjang tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu membukukan capaian sebesar 5,03%.

“Dengan perkembangan indikator tersebut, pertumbuhan ekonomi khusus di triwulan keempat 2024, yang juga merupakan triwulan pertama di dalam pemerintahan Bapak Presiden, Pak Prabowo, ini tumbuh sebesar 5,02% (yoy) atau 0,53% (qtq). Angka ini menegaskan bahwa kita masuk dalam zona 5% atau 5,03 di tahun 2024,” ungkap Airlangga beberapa waktu lalu.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: