Bakamla Kembali Usir Kapal Penjaga Pantai Tiongkok dari ZEE RI
Kapal milik Bakamla RI mendekati kapal Coast Guard asal Tiongkok yang sedang berpatroli di Laut Natuna Utara, Jumat (25/10).
Foto: ANTARA/Ho-Humas Bakamla RIJAKARTA - Badan Keamanan Laut (Bakamla) Indonesia pada hari Sabtu (26/10), mengatakan, pihaknya telah mengusir kapal penjaga pantai Tiongkok dari zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia untuk ketiga kalinya minggu ini.
Dikutip dari The Straits Times, ini adalah langkah terbaru Indonesia terhadap tindakan Beijing di jalur perairan strategis tersebut, yang diklaimnya hampir seluruhnya sebagai milik Tiongkok.
Kapal-kapal Tiongkok beberapa kali memasuki wilayah yang diklaim Indonesia di Laut Natuna Utara di tepi selatan Laut Tiongkok Selatan, yang memicu protes dari pemerintah.
"Kapal Penjaga Pantai Tiongkok-5402 (CCG-5402) kembali memasuki yurisdiksi Indonesia pada hari Jumat," kata Bakamla dalam sebuah pernyataan.
Kapal yang sama pertama kali memasuki perairan yang disengketakan pada 21 Oktober dan sekali lagi pada 23 Oktober, dengan kapal patroli Indonesia mengusirnya pada kedua kesempatan, kata badan tersebut.
Ditambahkannya, kapal Tiongkok pada 21 Oktober telah mengganggu survei yang sedang dilakukan perusahaan minyak milik negara, PT Pertamina, dan ketika dihubungi oleh kapal Indonesia, penjaga pantai Tiongkok mengatakan wilayah tersebut merupakan bagian dari yurisdiksi Beijing.
Hukum Internasional
Indonesia mengatakan wilayah itu diakui sebagai wilayahnya berdasarkan hukum internasional. "Indonesia memiliki hak berdaulat untuk mengeksplorasi sumber daya alam di wilayah tersebut dan tidak dapat diganggu oleh negara mana pun," kata pernyataan Bakamla.
Cadangan minyak dan gas yang besar dan belum dieksploitasi diyakini terdapat di dasar laut Laut Tiongkok Selatan, meskipun perkiraannya sangat bervariasi.
Peristiwa tersebut merupakan ujian awal bagi Presiden Prabowo Subianto, yang telah berjanji untuk memperkuat pertahanan wilayah Indonesia.
Pada tahun 2020, Indonesia mengerahkan jet tempur dan kapal perang untuk berpatroli di perairan kepulauan Natuna dalam perselisihan dengan Beijing setelah kapal-kapal Tiongkok memasuki wilayah tersebut.
Beijing dan Jakarta merupakan sekutu ekonomi utama, tetapi negara kepulauan terbesar di dunia itu berupaya menghentikan kapal asing menangkap ikan di perairannya, dengan mengatakan hal itu merugikan ekonomi miliaran dollar AS setiap tahunnya.
Tiongkok telah mengabaikan putusan pengadilan internasional yang menyatakan klaimnya terhadap hampir seluruh Laut Tiongkok Selatan tidak memiliki dasar hukum.
Negara ini telah mengerahkan kapal militer dan penjaga pantai dalam beberapa bulan terakhir dalam upaya untuk mengusir Filipina dari tiga terumbu karang dan pulau yang secara strategis penting di jalur perairan yang disengketakan tersebut.
- Baca Juga: Pelabuhan Merak mulai padat
- Baca Juga: BPOM Amankan Puluhan Ribu Produk Pangan Kedaluwarsa
Tekanan terhadap gugus pulau yang disengketakan yang dikendalikan oleh Jepang di Laut Tiongkok Timur juga meningkat, yang membuat Tokyo dan sekutunya gelisah.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Kunto Aji Rilis Video Musik ‘Melepas Pelukan Ibu’ Bertepatan dengan Perayaan Hari Ibu
- BMKG: Hujan Ringan-Berpetir Mayoritas Guyur Kota Besar Indonesia
- Laju Terburuk Selama ASEAN Cup Dibuat Shin Tae-yong
- Penderita Endometriosis Berisiko Lebih Tinggi Alami Stroke
- Cinta Laura Belajar Bahasa Jawa hingga Lakukan Adegan Aksi di Film Terbarunya