Bahaya Iklim Dapat Kurangi Ekonomi Global hingga 10 Persen pada 2050
Ilustrasi. Seorang petani memanen melon varietas pertiwi di Smart Green House (SGH), Agro Edukasi Wisata Ragunan, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Ekonom Swiss Re memperhitungkan empat bencana cuaca yang paling sering terjadi dan paling mahal. Berdasarkan ukuran ini, Filipina adalah negara yang paling terkena dampaknya, diikuti oleh Amerika Serikat, kemudian Thailand dengan kerugian ekonomi tahunan sebesar 0,36 persen PDB, Austria (0,25 persen) dan Tiongkok (0,22 persen).
India berada di peringkat ketujuh dengan 0,2 persen, Australia kedelapan dengan 0,19 persen, dan Jepang di peringkat 10 dengan 0,18 persen.
Penilaian tersebut memberikan pandangan luas mengenai dampak ekonomi jika bahaya cuaca terus meningkat.
Laporan ini tidak memperhitungkan semua risiko cuaca, seperti gelombang panas, dan Swiss Re mengatakan "sulit untuk memprediksi" dampak penuh perubahan iklim.
Secara global, keempat risiko yang diteliti mewakili kerugian ekonomi sekitar US$200 miliar setiap tahunnya.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya