Bagaimana Kenangan Bertahan Seumur Hidup?
Foto: IstimewaPengulangan peristiwa, data, dan informasi merupakan kunci untuk membentuk memori jangka panjang di otak.Namun demikian hal ini bukanlah satu-satunya kunci. Sebuah studi baru yang dilakukan di Universitas New York (NYU)mengungkap proses neurologis tambahan yang kompleks, penting untuk pembentukan memori yang bertahan lama.
Foto: afp/ LIONEL BONAVENTURE
Ilmuwan menjelaskan bahwa temuan mereka berkontribusi untuk memahami gangguan pembentukan memori. Studi ini dipimpin oleh Nikolay V Kukushkin, seorang peneliti di Pusat Ilmu Saraf NYU dan asisten profesor klinis dalam Studi Liberal di NYU, AS.
“Pengulangan merupakan pemicu yang terdokumentasi dengan baik untuk pembentukan memori semakin sering sesuatu diulang, semakin baik ingatannya,” jelas Kukushkin dalam sebuah pernyataan. “Namun, mesin otak lebih rumit dari itu,” imbuh dia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa efek dari peristiwa yang berulang secara individu berinteraksi dengan cara yang lebih bernuansa dan memiliki peran yang berbeda dalam upaya membentuk memori jangka panjang. Hal ini karena neuron tidak hanya dapat merasakan pengulangan, tetapi juga urutan pengalaman yang berulang dan dapat menggunakan informasi tersebut untuk membedakan antara berbagai pola peristiwa ini dalam membangun memori.
“Misalnya, neuron dapat membedakan antara dua peristiwa dalam urutan intensitas yang meningkat dan dua peristiwa yang sama dalam urutan yang berlawanan, membentuk memori hanya jika intensitasnya meningkat seiring waktu,” lanjut Kukushkin dalam penelitiannya yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
Yang belum jelas adalah bagaimana peristiwa yang berulang berinteraksi satu sama lain untuk membentuk memori. Para ilmuwan mempelajari Aplysia californica, siput laut California, untuk menjawab pertanyaan mereka.
Mereka menggunakan Aplysia untuk penelitian ini karena pembentukan memorinya dipahami baik secara seluler maupun molekuler. Neuron individual (sel saraf) dapat dipelajari dalam cawan Petri. Para peneliti menerapkan denyut kimia berulang yang mereproduksi respons Aplysia terhadap rangsangan.
Kemudian, mereka memantau penguatan jangka panjang koneksi antara neuron, yang meniru pembentukan memori jangka panjang. Secara khusus, para ilmuwan mempelajari, dengan minat khusus, aktivitas protein extracellular signal-regulated kinases (ERK), yang diperlukan untuk pembentukan memori.
“Aplysia atau bahkan neuron Aplysia yang terisolasi, dapat dibuat untuk membentuk memori jangka panjang setelah dua pengalaman,” jelas Kukushkin, “Uji coba tunggal tidak memiliki efek, tetapi dua uji coba, jika diberi jarak waktu yang tepat, akan memberikan efek,” imbuh dia.
Diharapkan aktivasi ERK akan terbentuk selama proses pembelajaran. Namun, dalam penelitian ini, dinamika yang lebih rumit ditemukan. Tim menggambarkannya sebagai “tarik tambang” (tug of war) antara molekul yang mengaktifkan ERK dan molekul yang menonaktifkan protein yang mendukung pembentukan memori versus menekan pembentukan memori. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg