Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ayo Gencarkan Upaya Pelestarian Budaya Lokal Melalui Panggung-panggung di Desa

Foto : ANTARA/Muhamad Nurman

Permainan tradisional Natuna gasing.

A   A   A   Pengaturan Font

Natuna - Pemerintah Kabupaten Natuna Kepulauan Riau melestarikan budaya daerah ini dengan menggelarpentas kesenian dari panggung ke panggung dan dari desa ke desa.

Upaya itu dilakukan usai melihat kondisi budaya yang perlahan mulai tergerus akibat kemajuan teknologi yang tidak digunakan untuk hal yang positif oleh masyarakat.

Kecanggihan teknologi membuat masyarakat Natuna, terutama generasi muda, banyak yang lupa bahkan tidak mengetahui sama sekali budaya lokal mereka.

Generasi muda tampaknya terlalu asyik dengan kecanggihan teknologi informasi, mereka cenderung menghabiskan waktu dan tenaga dengan menikmati hiburan dari teknologi melalui telepon pintar, sepertigamedan tontonan yang sama sekali tidak ada unsur budaya daerah.

Padahal Natuna memiliki banyak warisan budaya dari leluhur yang mengandung nilai kehidupan yang tetap aktual dengan kondisi saat ini.

Kondisi demikian dinilai membahayakan masa depan dari kebudayaan di daerah itu. Potensinya hilang, bahkan budaya-budaya lokal oleh diambil dan diklaim oleh negara-negara tetangga.

Pasalnya, Natuna merupakan daerah yang terletak dekat dengan negara-negara yang memiliki latar belakang dan suku yang sama.

Jika suatu daerah kehilangan kebudayaannya maka hilanglah identitas atau ciri khas dari daerah itu sendiri, sebab budaya merupakan suatu pembeda antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Natuna Indra Joni mengatakan panggung seni tersebut bernama dendang piwang.

Pentas seni yang sudah dilakukan selama sembilan kali itu digelar pada malam hari di beberapa desa. Pesertanya merupakan para pelajar dan masyarakat dari wilayah setempat.

Tujuan utama dari pementasan adalah untuk memperkenalkan kepada generasi muda dan masyarakat umum akan warisan budaya dari desa masing-masing.

Kerlap kerlip lampu menghiasi panggung pentas seni dendang piwang di setiap desa, salah satunya di Desa Batu Gajah Kecamatan Bunguran Timur.

Mata penonton fokus melihat para peserta memainkan permainan tradisional betingkah alu selesung.

Hentak alu dari beberapa peserta ke wadah yang berbentuk lesung mengeluarkan irama yang khas.

Tanpa sadar kaki, pinggul, hingga kepala para penonton bergerak mengikuti setiap hentakan alu.

Ada juga yang berdiam diri fokus menikmati setiap alunan bunyi yang keluar dari hentakan itu.

Menurut Wakil Bupati Natuna hampir di setiap pementasan seni masyarakat di setiap desa membanjiri panggung kesenian tersebut.

Kehadiran masyarakat dan semangat para peserta menampilkan kesenian di atas panggung dendang piwang menyentuh hati Wakil Bupati Natuna Rodhial Huda.

Penampilan anak-anak SD itu bagai menghipnotis penonton. Wabup Rodial Hudapun takjub menyaksikannya.

Pada pengujung pementasan,Rodhial memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang jenis kebudayaan hingga nama-nama wilayah di Natuna melalui bait pantun. Masyarakat yang bisa menjawab dengan benarakan diberikan hadiah uang tunai.

Hal tersebut merupakan salah satu cara dirinya untuk memperkenalkan budaya Natuna kepada masyarakat, terutama anak-anak muda.

Melestarikan budaya merupakan salah satu misi dirinya bersama Bupati Natuna Wan Siswandi.

Animo dan apresiasi warga masyarakat terhadap pentasseni tradisional dari desa ke desa tersebut menunjukkan bahwa seni dan budaya daerah masih memiliki tempat di hati masyarakat luas.

Teknologi, terutama teknologi informasi, boleh saja setiap saat berkembang, namun seni dan budaya lokal ternyata masih punya akar kuat di masyarakat.

Sekarang ini yang perlu dilakukan adalah menyusun kebijakan konkret bagaimana agar seni dan budaya lokal di Natuna itu punya agenda yang pasti sehingga warga masyarakat bisa terlibat di dalamnya.

Bukan hanya sebagai penonton pasif, melainkan menjadi bagian dari ikhtiar pengembangan seni dan budaya lokal.

Selain menggelar pentas seni, guna menarik perhatian generasi muda dan masyarakat yang gemar berolahraga, Pemkab Natuna memodifikasi olah tari zapin Natuna menjadi gerakkan senam olahraga.

Senam yang mengandung kearifan lokal itu dibuat sesuai dengan tahapan gerakkan senam pada umumnya. Di dalam gerakkan itu terdapat proses memanaskan tubuh agar otot-otot menjadi lentur kemudian dilanjutkan dengan gerakan inti yang merupakan gerakan aktif menguatkan otot dan koordinasi gerak antar anggota tubuh.

Kemudian pada bagian akhir dilanjutkan dengan pendinginan yang bertujuan untuk meregangkan tubuh atau merileksan tubuh.

Untuk tempo dari musik senam zapin itu juga tidak melepaskan ciri khas dari musik zapin itu sendiri.

Budaya merupakan komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat, selain untuk hiburan, di dalam budaya juga terdapat pelajaran kehidupan.

Melestarikan budaya merupakan tugas bersama. Oleh karena itu Pemkab Natuna meminta setiap desa mengalokasikan anggaran desa untuk kegiatan-kegiatan kesenian.

Anak-anak dan pegiat seni harus diberikan ruang untuk mereka mengasah kemampuan.

Selain Pemerintah, melestarikan budaya juga merupakan tugas masyarakat. Wargayang memiliki anak harus bisa mengontrol anak dalam menggunakan teknologi serta mengarahkan mereka mempelajari budaya daerah.

Dengan demikian potensi hilangnya identitas daerah bisa dihindari.

Pemkab Natuna juga mengusulkan 15 tradisi budaya di daerah itu menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) nasional.

Upaya itu dilakukan agar budaya di Natuna tidak diambil oleh daerah dan negara-negara tetangga.

Disdikbud Natuna mencatat ke-15 tradisi budaya itu adalah tabel mando, tabel aghok, kernas, cikung midoi, pedek, silong, makan bedulong, kuah tige, tika paca, giambong, suluk Natuna, berdah Natuna, hadrah Natuna, muhibah ramadhan, dan ngejikkitak.

Saat ini empat warisan budaya Natuna sudah terdaftar menjadi WBTB Nsional, yakni gasing, mendu, langlang buana, dan betingkahalu selesung.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top