![Audrey, Setop Budaya Kekerasan](https://koran-jakarta.com/images/article/phpubkywh_resized.jpg)
Audrey, Setop Budaya Kekerasan
![Audrey, Setop Budaya Kekerasan](https://koran-jakarta.com/images/article/phpubkywh_resized.jpg)
Selain guru, pengelola media, khususnya televisi adalah pihak yang juga harus ikut bertanggung jawab atas semakin merajalelanya kekerasan di kalangan anak-anak. Tidak ada yang bisa membantah bahwa stasiun-stasiun televisi sarat tayangantayangan kekerasan.
Bertanggung Jawab
Kajian selama 30 tahun yang dilakukan antara lain oleh Murray Straus dari Universitas New Hamspshire dan Joan Durrant serta Susan Wingert dari Universitas Manitoba, Amerika Serikat, atas penerapan hukuman fisik kepada siswa menghasilkan kesimpulan, hukuman fisik justru kian meningkatkan tindakan agresif. Anak-anak menjadi berperilaku antisosial.
Selain guru, pengelola media, khususnya televisi adalah pihak yang juga harus ikut bertanggung jawab atas semakin merajalelanya kekerasan di kalangan anak-anak. Tidak ada yang bisa membantah bahwa stasiun-stasiun televisi sarat tayangan-tayangan kekerasan. Tentu saja, tayangan-tayangan itu berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter dan perilaku anak-anak. Anak-anak sangat mudah meniru yang dilihat dan dengar. Maka, tayangan-tayangan televisi yang berisi adegan-adegan kekerasan bakal dengan mudah pula diimitasi dan dipraktikkan anak-anak dalam dunia nyata.
Yang juga ikut semakin memudahkan menyebarnya virus kekerasan di kalangan anak yaitu kecenderungan makin sibuknya para ibu. Hidup di sekarang yang hampir semuanya diukur kecukupan materi, telah membuat tidak sedikit kaum ibu lebih sibuk ikut mengejar dan ikut mengurusi kebutuhan materi keluarga. Salah satunya dengan bekerja di luar rumah. Akibatnya, mereka tidak punya cukup waktu mengasuh dan mendidik anak-anak sendiri di usia emas.
Pengasuhan dan pendidikan anak di rentang usia emas lantas cukup diserahkan kepada pihak lain. Akibatnya, anak pun kehilangan panutan ideal yang mampu memberi teladan berperilaku. Anak kemudian lebih cenderung mengambil contoh dan teladan dari pihak-pihak lain. Di antaranya, tetangga, pembantu, kawan bermain, atau tayangan-tayangan televisi. Celakanya, kebanyakan anak meniru contoh buruk dan tidak benar.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya