Atasi Rendahnya Literasi Keuangan
Selain itu, mereka juga berisiko terkena praktik pengumpulan data yang tidak etis, seperti intimidasi melalui telepon dan SMS, penggunaan data konsumen yang tidak seharusnya, distribusi data konsumen secara ilegal dan pesan yang dikirim ke daftar kontak konsumen untuk mengejar pembayaran.
Dengan demikian, dia mengatakan kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan perlu diatasi secara bersama-sama. Menurut dia, perlu adanya integrasi antara literasi dan produk keuangan, yang mana produk dan layanan perlu dirancang untuk mendidik konsumen saat menggunakannya.
Seperti diketahui, gap antara penetrasi industri keuangan dan tingkat pemahaman keungan oleh masyarakat sampai saat ini masih lebar. Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2022 menunjukkan indeks inklusi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 84,2 persen dan indeks literasi keuangan hanya 49,9 persen.
Psikologi Konsumen
Brand Manager IPOTFund dari PT Indo Premier Sekuritas Octaviantika Benazir Kumala menilai rendahnya tingkat literasi keuangan dan minimnya pemahaman tentang investasi yang legal menjadi pintu masuk bagi para pemangsa dalam menawarkan investasi bodongnya. Apalagi secara psikologi, lanjut Octaviantika, banyak korban investasi bodong pada dasarnya tidak bisa menahan diri untuk cepat untung (greedy).
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya