Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Teknologi Dirgantara

Asing Berkepentingan Hancurkan IPTN

Foto : ANTARA/M Agung Rajasa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pihak Asing berkepentingan untuk menghancurkan Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) Bandung yang dirintis mantan Menteri Riset dan Teknologi, Bacharuddin Jusuf Habibie.

Industri pesawat nasional itu mengancam keberadaan Barat, khususnya negara-negara yang memproduksi pesawat terbang.

"Keberadaan IPTN membuat banyak ketakutan Barat, terutama negara-negara yang memproduksi pesawat terbang," ujar Presiden RI ke-3, BJ Habibie, seusai mengikuti kegiatan Lembaga Pengkajian MPR RI bertema Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, di Gedung Parlemen Senayan, Rabu (23/8).

Ketakutan pihak barat itu diwujudkan dengan keluarnya larangan dari International Monetery Fund (IMF) kepada pemerintah Indonesia pimpinan Presiden Soeharto untuk mengalokasikan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) kepada IPTN.

"Pemberian dana p i n jaman dari International Monetary Fund untuk mengatasi krisis pada 1998 adalah penyebab utamanya. Jadi, ya… mau apalagi," ujarnya.

Presiden Republik Indonesia (RI) periode 1998-1999 itu mengungkapkan dirinya tidak dilibatkan oleh mantan Presiden Soeharto dalam penandatanganan kesepakatan dengan IMF tersebut.

Dalam salah satu klausul atau syarat yang harus dijalankan pemerintah Indonesia dari IMF, terdapat butir yang menyatakan penghentian pembiayaan pengembangan pesawat N250 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Jadi, saat menandatangani pencoretan N250 itu oleh Pak Harto, saya sebagai Wakil Presiden tidak diikutsertakan, sedangkan seluruh jajaran kabinet dilibatkan. Padahal, di situ saya berkepentingan," tutur dia. Habibie, bahkan setelah menjadi Presiden RI pada periode 1998-1999, dia tetap mengalah dengan keputusan tersebut.

Dia mengibaratkan, lebih baik mementingkan satu hal yang dicintai daripada satu hal yang disukai. "Keputusan itu untuk Indonesia, saya mencintai rakyat. Saya mengalah asal Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap satu. Tidak seperti Russia yang pecah jadi 17 negara," tutur Habibie. Ant/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top