Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

AS Siap Sebar Vaksin Covid-19 Sebelum Pilpres

Foto : AFP/CHANDAN KHANNA

Vaksin Covid-19 - Salah seorang peserta uji coba menerima suntikan vaksin Covid-19 dari Research Centers of America di Hollywood, Florida, pada pertengahan Agustus lalu. Saat ini AS sedang menunggu hasil dari tahap uji klinis Fase 3 dari kandidat utama vaksin yang dikembangkan oleh 3 perusahaan farmasi Barat.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta negara-negara bagian untuk mempersiapkan pendistribusian vaksin Covid-19 dua hari sebelum hari-H pelaksanaan pemilihan presiden AS.

Seruan itu muncul setelah ada surat edaran dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) yang meminta negara-negara bagian untuk menghapus birokrasi yang dapat mengalangi pusat jaringan distribusi vaksin beroperasi secara penuh pada 1 November 2020.

Tanggal yang tertera dalam surat edaran CDC itu adalah dua hari sebelum para pemilik hak suara pergi ke tempat pemungutan suara dalam pemilihan presiden pada 3 November yang diselimuti oleh provokasi terkait virus serta krisis ekonomi, sehingga memicu kekhawatiran bahwa pemerintahan pimpinan Presiden Donald Trump secara tergesa untuk mendapatkan vaksin sebelum hari-H pilpres, walau vaksin tersebut sebenar belum siap diedarkan.

"Waktu normal yang diperlukan untuk memperoleh izin, merupakan penghalang yang signifikan bagi keberhasilan program kesehatan masyarakat yang mendesak ini," tulis kepala CDC, Robert Redfield, dalam surat edaran tertanggal 27 Agustus. "CDC meminta bantuan Anda semua dalam mempercepat permohonan pengiriman bagi fasilitas distribusi ini," imbuh Redfield.

Sementara itu The New York Times menuliskan bahwa vaksin itu akan diprioritaskan untuk pejabat penting, pejabat keamanan nasional, lansia dan kelompok ras dan etnis yang rentan.

Hingga saat ini belum diketahui vaksin mana yang akan didistribusikan pada 1 November mendatang.

Tiga perusahaan farmasi Barat yang mengembangkan kandidat vaksin virus korona, saat ini telah memasuki tahap uji klinis Fase 3 vaksin mereka dengan melibatkan puluhan ribu orang sebagai peserta uji. Perusahaan-perusahaan itu antara lain AstraZeneca yang bermitra dengan Oxford University, Inggris, vaksin buatan Moderna yang berkolaborasi dengan National Institutes of Health AS, serta vaksin yang dikembangkan secara bersama oleh Pfizer dan BioNTech.

Potensi Bahaya

Jika melalui prosedur normal, maka pihak otoritas terkait membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk memverifikasi keampuhan maupun keamanan sebuah kandidat vaksin. Namun Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) telah mengindikasikan peluang bagi pemberian otorisasi darurat agar vaksin dapat diluncurkan sebelum akhir uji coba.

Atas sikap itu, FDA telah menuai kritik dari komunitas medis karena dianggap tunduk pada tekanan politik dari Presiden Trump.

"Ini berarti vaksinasi massal secara nasional dapat dimulai dalam 59 hari. LIMA PULUH SEMBILAN HARI. Apakah ada vaksin #Covid-19# yang mungkin telah menyelesaikan uji klinis Tahap 3 terkait keamanan dan kemanjuran, dan telah melalui tinjauan ilmiah lengkap dari @US_FDA dalam 59 hari?" cuit penulis epidemiologi terkemuka Laurie Garrett di laman media sosial Twitter.

"Sepengetahuan saya, tidak ada satu pun vaksin #Covid-19# dari AS yang telah menyelesaikan pendaftaran subjek uji untuk uji coba Fase 3. Terburu-buru hingga selesai dalam waktu 59 hari adalah BERBAHAYA," tegas Garrett.

Menanggapi hal itu, direktur FDA, Stephen Hahn, membantah bahwa dia bertindak di bawah tekanan Trump, dan menyatakan alasan bahwa bagaimanapun izin edar vaksin adalah hasil keputusan sains, kedokteran, dan data.

Hingga kini, AS telah mencatatkan lebih dari 185.000 kematian dan enam juta kasus Covid-19. Angka itu setara dengan hampir seperempat jumlah total kasus infeksi global. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top