Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

AS Sebut Kartel Minyak OPEC+ Bawa Malapetaka Bagi Ekonomi Dunia

Foto : GNI

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan langkah OPEC+ untuk memangkas produksi minyak tidak bijaksana.

A   A   A   Pengaturan Font

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan langkah OPEC+ untuk memangkas produksi minyak tidak bijaksana dan tidak akan membantu pemulihan ekonomi global, terutama pasar negara berkembang yang tengah dihadapkan dengan lonjakan harga energi.

"Saya pikir keputusan OPEC tidak membantu dan tidak bijaksana - tidak pasti apa dampaknya, tetapi tentu saja, itu adalah sesuatu yang, bagi saya, tampaknya tidak tepat, dalam situasi yang kita hadapi," kata Yellen dalam wawancara bersama Financial Times.

"Kami sangat khawatir dengan negara berkembang dan masalah yang mereka hadapi," ujar Yellen.

Pemerintahan Biden memang sangat kritis terhadap keputusan kartel minyak yang didukung oleh Arab Saudi dan Rusia itu, yang bertentangan dengan tekanan AS untuk menjaga harga minyak global turun.

Gedung Putih bahkan menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden "kecewa dengan keputusan picik OPEC+ untuk memotong kuota produksi sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi ke Ukraina."

Berbicara mengenai pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington minggu depan, Yellen menuturkan pertemuan akan didominasi oleh diskusi tentang inflasi tinggi dan harga komoditas, dampak pengetatan tajam kebijakan moneter oleh banyak bank sentral, dan dampak ekonomi dan keuangan dari perang di Ukraina.

"Saya pikir kita akan bertukar pandangan tentang apakah negara kita menangani masalah ini, dan mencoba untuk mempertimbangkan apakah reaksi kolektif kita menambahkan sesuatu yang masuk akal, dan yang terbaik yang bisa kita lakukan, di lingkungan yang sulit itu," katanya kepada FT.

AS sendiri berharap memanfaatkan pertemuan itu untuk mendorong negara-negara Eropa mempercepat bantuan ekonomi ke Ukraina, seiring meningkatnya frustrasi di Washington bahwa beberapa sekutunya tertinggal dalam hal memenuhi janji mereka untuk membantu Kyiv secara finansial.

"Sejumlah negara telah menjanjikan bantuan ekonomi yang signifikan, tetapi belum cukup untuk menyebarkannya. Kecepatan transfer uang ke Ukraina terlalu lambat. Ada komitmen tetapi uangnya perlu dikerahkan, "kata Yellen.

"Kita perlu melihat negara lain memenuhi janji yang telah mereka buat. Dan sangat penting untuk mendapatkan pendanaan ini ke Ukraina secepat mungkin," tambahnya.

Diketahui Washington telah memberikan 8,5 miliar dolar AS dalam bentuk hibah untuk Ukraina dan 4,5 miliar dolar AS lainnya baru saja disetujui oleh Kongres.

Mengutip FT, sekutu AS dan G7 memasuki babak terakhir pembicaraan untuk menetapkan batas harga ekspor minyak Rusia, untuk menghilangkan pendapatan energi vital Moskow untuk membiayai perang dengan cara yang tidak tidak menyebabkan lonjakan harga di seluruh dunia.

"Menekan harga adalah sesuatu yang sangat membantu negara-negara berkembang yang menderita dari harga energi yang tinggi," kata Yellen.

Sebelumnya, OPEC+ pada Rabu (5/10) memutuskan untuk memangkas produksi harian sebesar 2 juta barel demi mengimbangi ketidakpastian ekonomi dan pasar minyak global.

Angka itu menjadi pemangkasan terbesar aliansi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia itu sejak 2020, sekaligus berpotensi menerbangkan harga minyak dunia. Pasalnya, harga minyak mentah sejak Juni lalu cenderung lebih rendah di tengah kekhawatiran atas perlambatan global.

Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais membela keputusan OPECT+, dengan mengatakan bahwa aliansi itu berusaha untuk memberikan keamanan dan stabilitas ke pasar energi.

Kepala Penelitian Energi di Goldman Sachs Damien Courvalin menuturkan kekhawatiran tersebut telah membebani harga minyak mentah. Pengurangan produksi dan permintaan musim dingin disebut Damien akan membuat persediaan minyak akan terus turun, yang pada akhirnya mendorong Badan Energi Internasional (IEA) untuk mengkoordinasikan pelepasan cadangan.

"Semua perkembangan yang kami lihat di sisi penawaran pada titik ini sangat menentukan apa yang kami yakini akan menjadi harga yang lebih tinggi hingga akhir tahun ini," ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Goldman Sachs Group Inc. sendiri telah menaikkan proyeksi harga minyak Brent menjadi 110 dolar AS per barel.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top