Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

AS Beri Hibah Infrastruktur Digital kepada Perusahaan Filipina dan Bangladesh

Foto : ANTARA/Xinhua/Liu Jie

ANTARA/Xinhua/Liu Jie

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Amerika Serikat memberikan hibah pendanaan guna mendukung infrastruktur digital kepada perusahaan Filipina dan Bangladesh di Forum Bisnis Indo-Pasifik (IPBF) yang digelar untuk keenam kalinya di Kota Manila, Filipina.

"Kami menyediakan pendanaan berbasis hibah untuk mempersiapkan proyek infrastruktur, termasuk menunjukkan kelayakan teknologi baru, dan menciptakan kasus bisnis untuk menarik pembiayaan bagi penerapan teknologi tersebut," ujar Direktur Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) Enoh T. Ebong dalam konferensi pers digelar daring Selasa (21/5) sore.

Ebong mengatakan dalam forum bisnis tersebut pihaknya memberikan hibah kepada perusahaan Filipina, RISE yang bertanggung jawab dalam upaya keberlanjutan Internet.

Perusahaan tersebut dinilai akan membantu penyedia layanan Internet di Filipina untuk memperkuat penyediaan layanan Internet berkualitas tinggi dan tangguh, terutama di komunitas yang kurang terlayani.

Selain itu, USTDA memberikan hibah kepada perusahaan telekomunikasi Bangladesh CDNet Communications Limited guna mengembangkan sistem kabel serat optik bawah laut yang terpercaya di Bangladesh, yang akan membantu memperluas konektivitas internet berkecepatan tinggi bagi warganya.

USTDA juga menyetujui pendanaan untuk program tambahan di wilayah tersebut.

Ebongmenyebutkan sebelumnyaUSTDA menyetujui pendanaan kepada Dewan Kota Sepang guna memaksimalkan penggunaan teknologi kota pintar, dan mentransformasi penyediaan layanan yang berfokus pada masyarakat.

Dia mengatakan sebagai salah satu penyelenggara forum tersebut, selama 30 tahun pihaknya bermitra dengan sejumlah negara berkembang di Indo-Pasifik untuk memobilisasi modal dan membawa inovasi AS ke dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan.

Dalam kesempatan yang sama, pejabat Senior AS untuk Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) biro urusan Asia Timur dan Pasifik, Matt Muray mengatakan IPBF merupakan peluang bagi sektor swasta untuk melibatkan para anggota dari seluruh kawasan, dan dari Amerika Serikat untuk mempelajari berbagai peluang untuk kolaborasi pemerintah-swasta.

Muray mengatakan Indo-Pasifik tetap menjadi kawasan yang sangat penting bagi Amerika Serikat dari sudut pandang perdagangan dan investasi.

"Perusahaan-perusahaan AS adalah sumber utama investasi asing langsung di sini, dengan investasi hampir 1 triliun dolar AS (Rp15 kuadriliun), di wilayah ini, dan AS tetap menjadi mitra dagang penting dengan perdagangan dua arah senilai 2 triliun dolar AS (Rp31 kuadriliun)," jelas Muray.

Muray mengatakan pihaknya secara substansial menyelesaikan tiga pilar Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) pada November 2023, dan akan tersebut menindaklanjutinya.

Dia menambahkanAPEC juga meluncurkan Kemitraan dalam Infrastruktur Global dan Akselerator Investasi IPEF (PGII). Ia juga menyambut baik proyek Koridor Luzon diumumkan di wilayah trilateral AS-Filipina-Jepang sebagai upaya pertama akselerator dengan cara tersebut.

Menurut Muray,APEC secara regional fokus bekerja sama dengan Quad - bersama Jepang, Australia, dan India - dalam sejumlah proyek berbeda terkait kesehatan, iklim, dan infrastruktur.

Selain itu APEC telah bekerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), di bawah Kemitraan Strategis Komprehensif yang baru saja ditingkatkan, untuk bekerja di bidang ekonomi, termasuk pertemuan tingkat menteri di bidang kesehatan, lingkungan hidup, dan iklim, energi, transportasi, dan pemberdayaan ekonomi perempuan.

APEC juga bekerja sebagai mitra dialog dengan ASEAN mengenai Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital.

"Dengan semua upaya regional tersebut, jelas terdapat sejumlah upaya selama setahun terakhir untuk benar-benar memperkuat kemitraan bilateral kita dengan kawasan. Kami menyambut Presiden Republik Korea, Perdana Menteri Jepang, dan juga Presiden Marcos di Amerika Serikat, serta banyak pemimpin lainnya, untuk terus memajukan kemitraan ekonomi di bawah Strategi Indo-Pasifik Presiden Biden," demikian Muray.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top