Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Evolusi Manusia

Arkeolog Temukan Nenek Moyang "Hobbit"

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Bukti arkeologi telah lama menunjukkan bahwa manusia mungil dan berotak kecil yang disebut "Hobbit" pernah menghuni gua Liang Bua di Flores sekitar 50.000 tahun yang lalu. Laporan terbaru menyatakan telah ditemukan tiga fosil hominin tambahan yang lebih tua di situs paleoantropologi Mata Menge yang berasal dari 700.000 tahun yang lalu.

S

ebuah makalah yang terbit di jurnal Nature Communications edisi Selasa (6/8) melaporkan penemuan fosil manusia purba yang sangat langka dari Pulau Flores, Indonesia, termasuk tulang tungkai dewasa yang sangat kecil.

Berusia sekitar 700.000 tahun, temuan baru ini menjelaskan evolusi Homo floresiensis yang disebut Hobbit dari Flores yang jasadnya ditemukan pada tahun 2003 di gua Liang Bua di bagian barat pulau oleh tim yang dipimpin bersama oleh arkeolog Australia-New Zealand, Profesor Mike Morwood (1950-2013).

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia mungil dan berotak kecil ini menghuni Liang Bua sekitar 50.000 tahun yang lalu. Ketika itu spesies manusia modern (Homo sapiens) sudah lama menetap di Australia bagian selatan.

Sampai saat ini masih terjadi banyak perdebatan tentang asal usul manusia misterius dari pulau Flores itu. Awalnya, Homo floresiensis dihipotesiskan sebagai keturunan kerdil dari Homo erectus Asia awal. Sampai saat ini para ilmuwan mempercayai bahwa H erectus adalah keturunan dari makhluk mirip manusia era awal seperti Australopithecus dan keturunan spesies Homo awal seperti Homo habilis.

Teori lain menyebutkan bahwa Hobbit adalah sisa-sisa hominin purba dari Afrika yang bertahan hidup lebih lama, yang mendahului Homo erectus dan bertubuh kecil sejak awal. Oleh karenanya kandidat yang mungkin adalah Homo habilis atau lebih populer dengan sebutan "Lucy" (Australopithecus afarensis) yang terkenal.

Selain Liang Bua, fosil hominin hanya pernah ditemukan di satu lokasi di Flores yaitu di situs terbuka Mata Menge 75 kilometer di sebelah timur gua Liang Boa. Tempat penemuan ini berada di Desa Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Mata Menge terletak di padang rumput tropis yang jarang penduduknya di cekungan Soa. Situs ini sebelumnya telah menghasilkan beberapa fosil hominin (fragmen rahang dan enam gigi) yang digali dari lapisan batu pasir yang terbentuk oleh aliran sungai kecil sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Fosil Mata Menge yang diperkirakan berusia 650.000 tahun lebih awal dari hominin Liang Bua, telah terbukti berasal dari setidaknya tiga individu dengan rahang dan gigi yang sedikit lebih kecil daripada Homo floresiensis. Ini menyiratkan bahwa ukuran tubuh yang kecil berevolusi pada awal sejarah hominin Flores.

Namun, karena elemen postkranial yaitu tulang dari bawah kepala belum ditemukan dalam catatan fosil di situs ini, tidak dapat dipastikan bahwa hominin cekungan So'a ini setidaknya sama kecil, jika tidak sedikit lebih kecil dari Homo floresiensis.

Fosil Mata Menge juga tidak jelas termasuk spesies apa. Faktornya masih kurangnya spesimen diagnostik untuk digunakan dalam menarik kesimpulan. Namun, beberapa gigi dianggap memiliki bentuk peralihan antara gigi Homo erectus Asia awal dan Homo floresiensis.

Lebih Pendek

Studi baru yang dipublikasikan di Nature Communications itu dipimpin oleh Profesor Yousuke Kaifu dari Universitas Tokyo, Iwan Kurniawan dari Pusat Survei Geologi di Indonesia, dan Associate Professor Gerrit van den Bergh dari Universitas Wollongong.

Laporan tersebut menyatakan menemukan tiga fosil hominin tambahan dari Mata Menge yang berasal dari 700.000 tahun lalu, hasil dari beberapa musim penggalian lapangan di situs ini. Yang terpenting, kumpulan baru ini mencakup elemen postkranial pertama, poros distal humerus dewasa (bagian bawah tulang lengan atas).

Pemulihan tulang tungkai fosil dari situs penggalian Mata Menge telah lama ditunggu karena banyaknya bukti yang diberikan mengenai asal usul leluhur Homo floresiensis.

Mikroskopi digital dari struktur mikro menunjukkan bahwa humerus kecil berasal dari individu dewasa. Berdasarkan perkiraan panjang tulang, tim dapat menghitung tinggi badan hominin ini sekitar 100 sentimeter. Ini sekitar 6 sentimeter lebih pendek dari perkiraan tinggi badan kerangka Homo floresiensis berusia 60.000 tahun dari Liang Bua sekitar 106 sentimeter, berdasarkan panjang tulang paha.

"Tulang lengan atas dewasa berusia 700.000 tahun ini tidak hanya lebih pendek dari tulang lengan atas Homo floresiensis, tetapi juga merupakan tulang lengan atas terkecil yang diketahui dari catatan fosil hominin di seluruh dunia," kata Profesor Adam Brumm dari Pusat Penelitian Evolusi Manusia Australia di Griffith University, salah satu penulis makalah tersebut.

"Spesimen yang sangat langka ini mengkonfirmasi hipotesis kami bahwa nenek moyang Homo floresiensis memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil; namun, kini terlihat jelas dari proporsi tulang tungkai yang sangat kecil ini bahwa nenek moyang awal Hobbit, bahkan lebih kecil dari yang kami duga sebelumnya," tutur dia.

Dua gigi hominin tambahan dari Mata Menge juga berukuran kecil dan salah satunya memiliki karakteristik bentuk yang paling sesuai dengan Homo erectus awal dari Jawa.

Kesamaan ini tidak mendukung hipotesis bahwa Homo floresiensis berevolusi dari jenis hominin yang lebih awal dan lebih primitif, yang belum pernah ditemukan di Indonesia, atau bahkan di wilayah yang lebih luas di luar Afrika.

Sisa-sisa manusia Mata Menge, yang kini berjumlah 10 spesimen fosil, berasal dari sedikitnya empat individu (termasuk dua anak-anak). Semuanya sangat mirip secara anatomis dengan Homo floresiensis Liang Bua. Namun penemuan itu dapat dianggap sebagai varian hominin yang lebih tua.

Akan tetapi, meskipun merupakan nenek moyang langsung dari Hobbit, bentuk awal ini memiliki gigi yang kurang terspesialisasi (gigi yang lebih primitif) dibandingkan keturunannya di Liang Bua. Lebih jauh, terlihat jelas dari tulang lengan yang kecil bahwa pengurangan ukuran tubuh yang ekstrem terjadi di awal sejarah hominin Flores.

"Sejarah evolusi hominin Flores sebagian besar masih belum diketahui," kata Profesor Brumm. "Akan tetapi, fosil-fosil baru tersebut secara kuat menunjukkan bahwa kisah Hobbit memang dimulai ketika sekelompok hominin Asia awal yang dikenal sebagai Homo erectus entah bagaimana menjadi terisolasi di pulau terpencil Indonesia ini, mungkin satu juta tahun yang lalu, dan mengalami pengurangan ukuran tubuh yang dramatis dari waktu ke waktu," ujar dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top