”Apple Daily” akan Hentikan Penerbitan
Dukung “Apple Daily” l Seorang pendukung surat kabar prodemokrasi Hong Kong, Apple Daily, memegang salinan surat kabar itu saat mengikuti aksi protes di luar gedung pengadilan di Hong Kong pada Sabtu (19/6), setelah pengadilan mendakwa dua eksekutif harian itu telah berkolusi dengan pihak asing. Dalam pertemuan dewan direksi Apple Daily pada Senin (21/6), mereka memutuskan akan menentukan nasib harian itu pada pertemuan berikutnya yang dilaksanakan pada Jumat (25/6).
Foto: AFP/Peter PARKSHONG KONG - Surat kabar prodemokrasi Hong Kong yaitu Apple Daily, pada Senin (21/6), menyatakan bahwa dewan direksinya akan memutuskan apakah akan menghentikan penerbitan pada pertemuan berikutnya yang dilaksanakan pada Jumat (25/6). Pertimbangan itu akan diambil setelah aset surat kabar itu dibekukan oleh pihak berwenang yang menggunakan undang-undang keamanan nasional baru sehingga harian itu tidak membayar pekerjanya.
Apple Daily telah lama menjadi duri di pihak Beijing karena telah mendukung gerakan prodemokrasi di Hong Kong dan kerap melontarkan kritik pedas terhadap para pemimpin otoriter Tiongkok.
Pemiliknya yaitu Jimmy Lai saat ini telah dipenjara dan termasuk orang pertama yang didakwa berdasarkan undang-undang keamanan setelah diberlakukan tahun lalu. Pekan lalu, para pemimpin redaksi dan CEO Apple Daily juga ditahan dan dewan direksi Apple Daily yang tersisa, telah melakukan pertemuan pada Senin untuk membahas masa depan surat kabar tersebut.
"Dewan memutuskan untuk bertemu lagi pada Jumat untuk memutuskan apakah akan menghentikan Apple Daily," tulis kata surat kabar itu dalam pemberitahuan singkat kepada pembaca.
Pembekuan Aset
Penutupan Apple Daily tersebut akan semakin mengurangi surat kabar lokal yang kritis terhadap para pemimpin otoriter di Tiongkok.
Dalam sebuah sesi wawancara dengan CNN, seorang pembantu senior Lai mengatakan bahwa perintah pembekuan aset pekan lalu oleh kepala keamanan kota, telah melumpuhkan kemampuan surat kabar itu untuk melakukan bisnis.
Lai, 73 tahun, dipenjara karena menghadiri protes demokrasi pada 2019. Dia menghadapi hukuman seumur hidup jika terbukti melakukan kejahatan keamanan nasional.
Kamis (17/6) lalu, lebih dari 500 petugas polisi menggerebek ruang redaksi surat kabar itu dan menangkap lima eksekutif atas serangkaian artikel yang menurut polisi menyerukan sanksi internasional.
Dua dari eksekutif itu yaitu kepala editor Ryan Law dan CEO Cheung Kim-hung, telah didakwa berkolusi dengan pihak asing dan telah ditahan pada akhir pekan lalu. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 2 Jangan Masukkan Mi Instan dalam Program Makan Siang Gratis
- 3 Perkuat Implementasi ESG, Bank BJB Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
- 4 Hargai yuk Berbagai Potensi Sekitar Kita
- 5 Perluas Pasar, Produk Halal RI Unjuk Gigi di Istanbul