Aplikasi TikTok Memblokir Media Rusia RIA Novosti yang Miliki Dua Juta Pengikut
Aplikasi berbagi video TikTok pada Rabu (25/9/2024) memblokir akun media Rusia RIA Novosti yang memiliki lebih dari dua juta pengikut, hanya beberapa hari setelah tindakan serupa dilakukan terhadap akun-akun yang terkait dengan Sputnik dan RT International.
Foto: ANTARA/ ilustrasi-AnadoluMoskow - Aplikasi berbagi video TikTok pada Rabu memblokir akun media Rusia RIA Novosti yang memiliki lebih dari dua juta pengikut, hanya beberapa hari setelah tindakan serupa dilakukan terhadap akun-akun yang terkait dengan Sputnik dan RT International.
Selain itu, semua video dari RIA Novosti hilang dari hasil pencarian di platform tersebut.
Sebelumnya, beberapa video yang berisi pernyataan resmi Presiden Rusia Vladimir Putin atau juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Letjen Igor Konashenkov juga diblokir atau dibisukan dengan alasan menyebarkan informasi palsu.
RIA Novosti telah berulang kali disebut oleh media Barat sebagai contoh sukses dalam mempromosikan agenda Rusia di tengah sanksi yang dikenakan.
Pekan lalu, TikTok menghapus akun Sputnik Belarus, Sputnik Serbia, Sputnik Afrique, Sputnik Africa, dan Sputnik Armenia, di antara sejumlah akun Sputnik lainnya.
Pada 4 September, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap pemimpin redaksi grup media internasional Rossiya Segodnya dan penyiar RT, Margarita Simonyan, serta wakilnya Anton Anisimov dan Elizaveta Brodskaia.
Wakil Direktur Penyiaran Informasi Berbahasa Inggris RT Andrey Kiyashko, Manajer Proyek Media Digital RT Konstantin Kalashnikov, dan sejumlah pegawai penyiar lainnya juga dimasukkan dalam daftar sanksi.
Departemen Luar Negeri AS, dalam langkah paralel, memperketat kondisi operasional untuk Rossiya Segodnya dan anak perusahaannya dengan menetapkannya sebagai "misi asing."
Di bawah Undang-Undang Misi Asing, mereka diwajibkan untuk memberi tahu departemen tentang seluruh staf yang bekerja di Amerika Serikat (AS) dan mengungkapkan semua properti yang mereka miliki.
Otoritas AS juga mengumumkan pembatasan penerbitan visa bagi individu yang mereka tuduh "bertindak atas nama organisasi media yang didukung Kremlin."
Namun, Departemen Luar Negeri menolak mengungkapkan nama-nama individu yang dikenakan pembatasan visa baru tersebut.
Menanggapi sanksi tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengeklaim bahwa langkah-langkah itu tidak ditujukan kepada jurnalis Rusia tertentu, melainkan kepada karyawan perusahaan yang terlibat dalam "kegiatan rahasia."
Sementara itu, otoritas AS telah menuntut Kalashnikov dan pegawai RT lainnya, Elena Afanasyeva, dengan tuduhan konspirasi pencucian uang dan melanggar Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing (FARA).
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung