Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 12 Des 2024, 00:54 WIB

APBN Defisit 401,8 Triliun Rupiah Atau 1,81 Persen terhadap PDB pada November 2024

Ilustrasi. Petugas melayani warga yang mengurus pembayaran pajak kendaraan bermotor di kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu (Samsat) Wilayah XII Aceh Barat, Aceh, Rabu (11/12/2024).

Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mengalami defisit sebesar 401,8 triliun rupiah atau 1,81 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) per November 2024.

"Sampai akhir November, defisit APBN mencapai 401,8 triliun rupiah. Dalam APBN 2024, total defisit anggaran adalah 522,8 triliun rupiah. Jadi, defisit 401,8 triliun rupiah masih di bawah target UU APBN. Maka, disebutkan ini 76,8 persen dari defisit yang ada di dalam UU APBN 2024," kata Menkeu saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Desember 2024, di Jakarta, Rabu (11/12).

Seperti dikutip dari Antara, Menkeu mengatakan belanja negara tercatat sebesar 2.894,5 triliun rupiah atau 87 persen dari pagu 3.325,1 triliun rupiah, tumbuh 15,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan, pendapatan negara tercatat sebesar 2.492,7 triliun rupiah atau 89 persen dari target 2.802,3 triliun rupiah, tumbuh 1,3 persen yoy.

"Pendapatan negara kita mengalami tekanan yang luar biasa besar sampai Juli-Agustus. Pajak dan bea cukai sejak tahun lalu tekanannya luar biasa, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan positif (pendapatan) ini adalah turn around yang kita harap terus berlanjut," ujar Menkeu.

Belanja Negara

Secara rinci, tambah Menkeu, realisasi belanja negara terdiri atas belanja pemerintah pusat (BPP) sebesar 2.098,6 triliun rupiah dan transfer ke daerah (TKD) 795,8 triliun rupiah. Realisasi BPP setara 85,1 persen dari target APBN 2.467,5 triliun rupiah, tumbuh 18,3 persen.

BPP terbagi menjadi belanja kementerian/lembaga (K/L) yang terealisasi sebesar 1.049,7 triliun rupiah atau 96,2 persen dari target 1.090,8 triliun rupiah (tumbuh 17,9 persen) dan belanja non-K/L terealisasi 1.048,9 triliun rupiah atau 76,2 persen dari target 1.376,7 triliun rupiah (tumbuh 18,6 persen).

Adapun realisasi TKD setara 92,8 persen dari target APBN 857,6 triliun rupiah, tumbuh sebesar 8,1 persen.

Sedangkan, penerimaan negara yang berasal dari perpajakan tercatat sebesar 1.946,7 triliun rupiah (setara 84,3 persen dari target 2.309,9 triliun rupiah, tumbuh 1,7 persen), terdiri dari penerimaan pajak 1.688,9 triliun rupiah (84,9 persen dari target 1.988,9 triliun rupiah, tumbuh 1,1 persen) dan kepabeanan dan cukai 257,7 triliun rupiah (80,3 persen dari target 321 triliun rupiah, tumbuh 5,2 persen).

Sementara, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terealisasi sebesar 552,4 triliun rupiah, setara 106,2 persen dari target 492 triliun rupiah, namun melambat 4 persen.

Meski, APBN mengalami defisit, keseimbangan primer masih tercatat surplus, yaitu sebesar 47,1 triliun rupiah. Keseimbangan primer adalah selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.