Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Antisipasi Kemarau Panjang, BPBD Minta Warga NTT Waspada Bencana Kekeringan

Foto : ANTARA/Benny Jahang

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Ambros Kodo.

A   A   A   Pengaturan Font

Para pejabat terkait hendaknya mengantisipasi kemarau panjang, BPBD minta warga NTT waspada bencana kekeringan.

Kupang - Antisipasi kemarau panjang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur meminta warga di provinsi ini agar mewaspadai terjadinya bencana alam kekeringan sebagai dampak musim kemarau panjang yang berpotensi melanda NTT mulai April 2023.

"Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kupang bahwa awal musim kemarau di Nusa Tenggara Timur mulai berlangsung pada April 2023 dan berlangsung lama sehingga potensi bencana kekeringan di NTT sangat besar," kata Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambros Kodo di Kupang, Kamis.

Ambros Kodo mengatakan hal itu terkait antisipasi bencana alam sebagai dampak kemarau panjang yang melanda NTT yang diprediksi mulai berlangsung pada April 2023.

Ia menjelaskan sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kupang bahwa awal musim kemarau di NTT mulai berlangsung pada April 2023.

BPBD, kata dia, sudah menyiapkan berbagai langkah antisipasi apabila terjadi bencana alam sebagai dampak musim kemarau sesuai rencana penanganan.

Menurut dia, untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam kekeringan di provinsi berbasis kepulauan ini, maka perlu segera mengaktifkan kelompok kerja penanganan kekeringan yang melibatkan semua instansi terkait untuk melakukan analisis dan kajian terhadap kondisi yang terjadi di lapangan.

"Berdasarkan kajian kelompok kerja penanganan kekeringan, maka BPBD mengajukan kepada kepala daerah untuk menetapkan status bencana sehubungan dengan kekeringan apakah dalam status siaga darurat atau tanggap darurat," kata Ambros Kodo.

Dia menegaskan banyak pihak yang merasa peristiwa bencana kekeringan bukan suatu bencana karena kekeringan yang melanda NTT kejadiannya terjadi secara perlahan-lahan, namun warga akan merasa berada dalam situasi bencana kekeringan saat sudah menghadapi kesulitan mendapatkan akses air bersih maupun terjadi gagal panen.

Ambros Kodo mengatakan dalam menghadapi bencana kekeringan yang melanda NTT itu, maka koordinasi dan kerja sama lintas sektor sangat diperlukan dalam upaya melakukan antisipasi terjadinya bencana alam yang berpotensi terjadi di sejumlah kabupaten di NTT.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT untuk melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap dampak dari fenomena El Nino, di antaranya produktifitas pertanian terganggu sehingga mengancam ketersediaan pangan," kata Ambros Kodo.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top