Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Angkat Air Bawah Tanah untuk Atasi Kekeringan Gunung Kidul

Foto : ANTARA / Hendra Nurdiyansyah

kesulitan air bersih - Warga berjalan di sekitar pohon jati yang mulai meranggas di Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (4/9). Dari 18 kecamatan di Gunung Kidul, ada 37.103 keluarga atau 132.681 jiwa mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau kali ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Seluruh wilayah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengalami kekeringan setiap musim kemarau dari dulu sampai sekarang, dan belum ada solusi mengatasi masalah tersebut. Setiap tahun, delapan kecamatan dari 18 kecamatan dapat dipastikan mengalami krisis air bersih.

Kecamatan tersebut adalah Rongkop, Paliyan, Panggang, Girisubo, Purwosari, Tepus, Tanjungsari, dan Nglipar. Di Gunung Kidul, dari 144 desa, sebanyak 132 desa rawan bencana. Sebanyak 10 kecamatan lain juga mengalami krisis air, tapi tidak separah delapan kecamatan tersebut. Sebagian kecamatan, seperti Wonosari, Ngawen, Gedangsari, Paliyan, dan Saptosari memiliki sumber air yang dikelola baik.

Kasi Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul, Sutaryono, menyebutkan dari 18 kecamatan di Gunung Kidul, ada 37.103 keluarga atau 132.681 jiwa mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau kali ini.

Setiap hari, BPBD Gunung Kidul menyalurkan 28 tangki air yang disalurkan pemerintah secara gratis kepada masyarakat. Tahun ini, anggaran dropping air bersih sebesar 600 juta rupiah. Warga yang berada di daerah sulit air bisa ditangani. Sasaran penyaluran ini sudah dikoordinasikan mulai dari dusun, desa, kecamatan hingga BPBD. Warga yang menginginkan bantuan air bersih bisa melakukan koordinasi dengan desa untuk diberikan air.

Seperti diketahui, di Gunung Kidul atau dikenal slogannya "Handayani" merupakan wilayah yang memiliki bentangan batu karts, sehingga sumber mata air berada di bawah tanah. Lebih dari 10 titik aliran sungai bawah tanah, namun belum dioptimalkan karena terkendala anggaran. Persoalan air bersih dapat diatasi, bila ada sinergi antara pemerintah pusat hingga kabupaten dengan memanfaatkan teknologi mengangkat sumber mata air bawah tanah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S, Antara

Komentar

Komentar
()

Top