Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembinaan Keluarga

Anemia Hamil Berpotensi Melahirkan Anak "Stunting"

Foto : Koran Jakrta/Muhamad Ma'rup

Lalu Makripuddin, Kepala Pusat Pendidikan, Pelatihan Kependudukan, dan Keluarga Berencana, BKKBN

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ibu hamil mengidap anemia atau kurang darah berpotensi besar melahirkan anak stunting atau gizi buruk. Hal ini dikarenakan ibu tidak memiliki cukup gizi untuk diberikan kepada bayi dalam kandungan. Demikian disampaikan Kepala Pusat Pendidikan, Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Lalu Makripuddin, di Jakarta, Rabu (6/10).

Menurutnya, kondisi tersebut terjadi karena dalam keadaan kurang gizi, tak cukup asupan untuk diri sendiri. Apalagi untuk berdua bersama bayi. "Parahnya, sebanyak 47 persen remaja putri mengidap anemia," ujar Lalu.

Dia menekankan, pendampingan bagi para remaja khususnya yang anemia sangat penting untuk mencegah stunting. Pencegahan lebih dini bisa dilakukan setidaknya 3 bulan sebelum mereka memutuskan menikah.

Lalu menambahkan, pihaknya akan menyiapkan 600.000 pendamping tingkat desa. Mereka dibagi menjadi 200.000 tim yang akan disebar ke hampir 80.000 desa. Ia berharap, tim ini bisa mengedukasi terkait penghindaran stunting di masyarakat.

"Khusus untuk anemia bisa kita berikan tablet atau asupan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhannya. Adapun pendampingan mencakup sebelum menikah, ketika hamil, dan setelah melahirkan," tandasnya.

Pola Asuh
Sementara itu, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengatakan, pola asuh dalam penanganan stunting sangat penting. Tidak hanya mendidik anak, tapi mendidik keluarga. Kunci sukses pengentasan stunting, keluarga memberi asuhan optimal kepada anak.

"Anak dalam posisi menghindari stunting. Penentunya adalah keluarga," katanya. Hasto mengatakan, pola asuh harus diikuti perubahan mindset atau pola pikir keluarga. Orang tua harus memahami pentingnya mengatasi stunting dan menjalankan fungsi perlindungan.

Dia menilai, pengetahuan terkait gizi menjadi bagian fungsi keluarga dalam perlindungan kepada anak dan keluarga. Anggota keluarga sering berbelanja dengan boros, tapi tidak tepat sasaran. Konsumsi asupannnya tidak mencerminkan gizi seimbang.

"Sehingga tubuh anak memang kenyang dan seakan mendapat asupan cukup. Tapi sel-selnya kelaparan. Maka, mindset kita saat menghadapi menu sehari-hari perlu mendapat pelajaran," jelasnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top