Aneh Tapi Nyata! Negaranya Alami Krisis Energi, Warga Jerman Malah Tolak Pembangunan Taman Surya, Ada Apa?
Ilustrasi
Dua perusahaan energi terbarukan Jerman berharap untuk membangun salah satu taman surya terbesar di negara itu menghadapi lusinan rintangan. Reuters menuturkan banyak warga menilai proyek itu hanya menguntungkan para pemilik tanah yang menyewakan tanah mereka kepada perusahaan dengan harga sekitar 2.000 hingga 3.000 euro per tahun per hektar. Sementara beberapa warga mengkhawatirkan dampaknya terhadap pariwisata lantaran taman surya akan dibangun di dekat desa Tempelfelde yang populer dengan perbukitan dan hutannya.
Hal ini menjadi ironi, pasalnya Jerman dan Eropa tengah menghadapi krisis energi ketika Rusia yang menjadi andalan Jerman telah mengurangi pasokan gas dan meningkatkan kekhawatiran akan penghentian total.
Seorang warga, Juliane Uhlig mengatakan proyek itu akan berdampak negatif pada bisnis pariwisata berkuda kecilnya. Ia dan sekitar 20 warga lainnya lantas memulai kampanye lokal untuk menekan perusahaan agar mengurangi proyek mereka atau mendorong dewan untuk menolak semuanya. Penolakan inilah yang membuat dewan kota lebih memilih untuk menentangnya pada November, sebelum menyetujuinya pada Juli ini. Akan tetapi, walaupun telah mendapatkan persetujuan dari dewan kota, Boreas dan Notus masih harus mengantongi sejumlah persetujuan demi memulai mega proyek taman surya.
Dikutip dari kantor berita Inggris Reuters, meskipun perusahaan terbarukan Notus dan Boreas pada bulan ini telah berhasil mengatasi keberatan dari pemerintah kota yang telah menghentikan rencana mereka selama 18 bulan. Keduanya masih harus mendapatkan persetujuan dari sekitar 30 badan publik. Orang dalam industri lantas menyerukan bahwa Jerman membutuhkan tindakan federal untuk menghilangkan serangkaian hambatan dalam investasi solar.
"Semakin sedikit waktu yang harus dihabiskan perusahaan surya untuk dokumen, semakin banyak sistem surya yang dapat mereka pasang di tahun-tahun mendatang," ujar Kepala asosiasi tenaga surya Jerman Carsten Koernig.
Halaman Selanjutnya....
Editor : Fiter Bagus
Komentar
()Muat lainnya