Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Anak-anak India Menjadi Yatim Piatu karena Covid-19

Foto : NOAH SEELAM/AFP

PENCEGAHAN VIRUS KORONA I Petugas rumah sakit mengenakan penutup kepala bertema Covid-19 berkeliling untuk memberi konseling kepada orang-orang di pasar tentang pencegahan penyebaran virus korona, di Hyderabad, Senin (31/5).

A   A   A   Pengaturan Font

Pratham yang berusia 5 tahun dan saudara lelakinya yang berusia 10 bulan, Ayush, pada bulan April telah kehilangan Ayah mereka karena wabah Covid-19. Beberapa hari kemudian, di rumah sakit New Delhi yang berbeda, keduanya kehilangan Ibu mereka.

Dunia mereka telah berubah dan bahkan mereka tidak menyadarinya. Keduanya tidak mengerti mengapa orang tua mereka belum pulang dalam waktu yang lama. Para kerabat memberi tahu Pratham bahwa Ibu dan Ayahnya pergi bekerja. Tapi, Pratham terus bertanya, dan setiap hari menjadi lebih sulit dari hari sebelumnya.

Para kerabat memutuskan untuk menghubungi sebuah LSM yang menangani anak-anak yatim piatu di New Delhi. LSM itu berharap akan ada keluarga yang mau mengadopsi Pratham dan saudaranya.

Sementara itu, Sonia, 12 tahun, dan saudara laki-lakinya, Amit, 7 tahun, kehilangan Ayah mereka pada gelombang pertama pandemi pada Juni tahun lalu, dan Ibu mereka pada April tahun ini. Saat ini, mereka sedang dirawat oleh Nenek dari pihak Ayah. Dia khawatir tentang masa depan mereka, tetapi bahkan tidak ingin mempertimbangkan untuk mendaftarkan keduanya untuk diadopsi.

"Siapa yang akan menjaga anak-anak ini setelah saya?" katanya.

"Anak-anak ini adalah warisan dari putra dan menantu perempuan saya. Banyak orang datang untuk meminta adopsi. Bagaimana saya bisa memberikan mereka?" tutur Nenek itu.

Ini bukanlah kisah yang langka. Pandemi Covid-19 telah menghancurkan keluarga di seluruh India, membuat banyak anak yatim piatu. Menteri Kesejahteraan Perempuan dan Anak, Smirti Irani, baru-baru ini mengatakan lewat Twitter bahwa kedua orang tua dari setidaknya 577 anak telah meninggal akibat virus korona antara 1 April dan 25 Mei. Para ahli mengatakan kemungkinan perkiraan angka ini terlalu rendah.

Selama akhir pekan, Perdana Menteri India, Narendra Modi, juga mengumumkan langkah-langkah untuk membantu anak-anak yatim piatu. Pemerintah menggelontorkan tunjangan untuk setiap anak dari usia 18-23 tahun, sekitar 13.970 dollar AS.

India memiliki undang-undang adopsi yang ketat, setiap negara bagian memiliki komisi perlindungan dan kesejahteraan anak yang menunjuk pejabat di distrik. Sejumlah LSM juga membantu komisi dalam mengidentifikasi anak-anak yang berisiko.

Ada portal nasional untuk adopsi di mana orang yang ingin mengadopsi anak dapat mendaftarkan diri. Pencocokan dilakukan setelah semua pemeriksaan yang diperlukan dilakukan, dan komite kesejahteraan anak negara bagian menyatakan seorang anak "secara hukum bebas untuk diadopsi".

Tetapi, tingkat adopsi India rendah, hanya 3.351 anak yang diadopsi hingga Maret 2020, sementara puluhan ribu lainnya menjadi yatim piatu. Sebagai perbandingan, lebih dari 66.000 anak diadopsi di AS pada 2019.

Ketua Komisi Perlindungan Hak Anak New Delhi, Anurag Kundu, mengatakan masalah meningkat secara dramatis setelah gelombang kedua di India.

"Dalam hidup saya, saya belum pernah mendengar begitu banyak orang meninggal dalam rentang waktu yang begitu singkat, mereka pasti telah meninggalkan begitu banyak anak di bawah usia 18 tahun. Ini adalah keadaan darurat nasional dalam hal itu," kata Kundu.

Anggota komisi kesejahteraan anak negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh Preeti Verma mengatakan bahwa lebih dari 1.000 anak yatim piatu karena Covid-19 telah diidentifikasi.

"Seperti gambaran nasional, jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi. Komisi telah meminta polisi, petugas kesehatan tingkat desa dan kepala desa untuk mengidentifikasi anak-anak tersebut," kata Verma.

Menurut Kundu, fokus jangka pendek yang diperlukan untuk membantu meringankan masalah ini adalah memberikan pengasuhan, daripada adopsi penuh.

"Adalah mitos bahwa setiap anak diadopsi," katanya.

"Anggota keluarga selalu bisa maju. Mengasuh adalah ide bagus, tapi di negara kita itu belum lepas landas, meskipun ada ketentuan khusus dalam undang-undang," terangnya.

Pengasuhan memungkinkan anak-anak untuk dirawat oleh keluarga dan teman-teman, dan mereka tidak harus menunggu di panti asuhan yang penuh sesak sampai seseorang dapat mengadopsi mereka. Para ahli mengatakan langkah itu dapat membantu meningkatkan tingkat adopsi yang buruk di India karena lebih banyak keluarga mungkin datang untuk merawat anak-anak tersebut untuk sementara, yang pada akhirnya dapat memotivasi mereka untuk mengadopsi secara resmi.

Ketakutan Perdagangan

Banyak orang yang secara efektif telah menggunakan media sosial untuk mencari bantuan tentang tempat tidur rumah sakit, oksigen, dan obat-obatan. Namun, media sosial juga dibanjiri seruan untuk mengadopsi anak yang orang tuanya meninggal karena Covid-19. Tetapi, pembagian nomor telepon dan foto anak-anak secara terbuka seperti itu, telah menimbulkan kekhawatiran akan perdagangan manusia. Kundu memperingatkan agar media sosial tidak menjadi layanan "mirip Amazon" di mana orang dapat memilih anak untuk diadopsi.

Timnya telah menemukan halaman Facebook yang menawarkan anak-anak untuk diadopsi.

"Salah satu anggota staf saya menelepon nomor tersebut di halaman Facebook, dan mereka mengutip harga 7.000 dollar AS untuk satu anak. Kami telah melaporkan kelompok itu ke polisi," tegasnya.

Ada kekhawatiran di India bahwa anak-anak tersebut dapat dieksploitasi untuk menjadi pekerja kasar yang murah atau bahkan pekerja seks. CEO LSM Protsahan yang berbasis di Delhi, Sonal Kapoor, mengatakan organisasinya telah menemukan kasus di mana satu orang tua telah meninggal dan yang lainnya, biasanya sang Ayah, mendorong anak-anak untuk mencari pekerjaan.

Menurut dia, itu menciptakan kebutuhan untuk menjaga anak-anak yang tidak yatim piatu, tetapi hanya kehilangan satu orang tua. Dalam satu kasus, seorang Ayah mulai melakukan pelecehan seksual terhadap putrinya setelah sang Ibu menjadi sangat sakit dengan Covid-19.

"Yatim piatu Covid adalah masalah besar saat ini, tetapi itu tidak sepenuhnya benar. Jumlah anak yang kehilangan satu orang tua sangat besar dan mereka juga membutuhkan perhatian yang sama," katanya.

Kapoor mengatakan Protsahan telah menerima panggilan darurat yang memilukan selama pandemi. Satu panggilan datang dari dua anak kecil yang ayahnya meninggal di rumah sakit dan mereka membutuhkan bantuan untuk mengkremasinya, karena Ibu mereka masih lemah akibat karena wabah.

Sedangkan di keluarga yang lain, Ibu telah meninggal dan sang Ayah sangat syok sehingga selama tiga hari ia tidak dapat memberi makan anak-anaknya. "Kami mendapat telepon dari kerabat yang meminta bantuan untuk memberi makan anak-anak," katanya.

Pemerintah negara bagian telah mulai meningkatkan upaya untuk merawat anak yatim piatu karena pandemi di India, tetapi para ahli mengatakan masih banyak yang harus dilakukan. Risikonya adalah banyak anak yang tumbuh tanpa keluarga di sekitar mereka.

n SB/BBC/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top