Amerika Serikat Utarakan Keprihatinan

WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (28/5) menyatakan keprihatinan atas upaya Tiongkok untuk membatasi dan memanipulasi kunjungan kepala hak asasi manusia (HAM) PBB ke wilayah Xinjiang di mana Beijing dituduh menahan lebih dari satu juta orang di kamp-kamp indoktrinasi.

Perjalanan panjang yang direncanakan Michelle Bachelet pekan ini telah membawanya ke wilayah Xinjiang di barat jauh, di mana AS telah menyebut penahanan Tiongkok terhadap satu juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya sebagai genosida.

"Kami prihatin dengan kondisi yang diberlakukan otoritas Beijing pada kunjungan tersebut karena tidak memungkinkan penilaian yang lengkap dan independen terhadap lingkungan HAM di negara itu, termasuk di Xinjiang, di mana genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan sedang berlangsung," Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam sebuah pernyataan.

Menlu AS itu pun menegaskan kembali sikap negaranya bahwa pihak berwenang Tiongkok tidak akan mengizinkan akses penuh Bachelet selama perjalanannya yang telah lama direncanakan, dengan mengatakan AS prihatin atas upaya Tiongkok untuk membatasi dan memanipulasi kunjungan dari kepala HAM PBB itu.

"Kami semakin terusik oleh adanya laporan bahwa penduduk Xinjiang diperingatkan untuk tidak menyampaikan keluhan atau berbicara secara terbuka tentang kondisi di wilayah tersebut yang menerangkan bahwa tidak ada informasi yang diberikan tentang keberadaan ratusan orang Uighur yang hilang dan kondisi lebih dari satu juta orang yang ditahan," imbuh Blinken seraya menegaskan bahwa Bachelet seharusnya diizinkan mengadakan pertemuan rahasia dengan anggota keluarga Uighur dan komunitas diaspora etnis minoritas lainnya di Xinjiang yang tidak berada di fasilitas penahanan tetapi dilarang bepergian ke luar wilayah tersebut.
Halaman Selanjutnya....