Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hasil Survei

Amerika Serikat Tetap Jadi Pusat Keuangan Terbesar di Dunia

Foto : ANGELA WEISS / AFP

PUSAT KEUANGAN I Tanda Wall St tergantung di New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, di New York, AS, baru-baru ini. Studi dari lembaga pemikir New Financial yang dipublikasikan pada Kamis (10/6) menyebutkan AS tetap menjadi pusat keuangan yang dominan di dunia.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Studi dari lembaga pemikir New Financial yang dipublikasikan pada Kamis (10/6) menyebutkan Amerika Serikat (AS) tetap menjadi pusat keuangan yang dominan di dunia, jauh di depan saingan terdekatnya Inggris. Sedangkan Inggris meskipun terpukul oleh keputusan untuk keluar dari zona Euro atau Brexit, namun masih tetap jauh lebih unggul dibandingkan Frankfurt (Jerman) dan Paris (Perancis).

"Brexit dan dampak potensial pada Kota London telah mengkatalisasi perdebatan seputar kekuatan dan kelemahan relatif dari berbagai pusat keuangan di seluruh dunia," sebut studi New Financial.

Pemeringkatan dilakukan terhadap 65 pasar yang berpengaruh berdasarkan survei serupa seperti oleh Z/Yen Group, tetapi New Financial lebih fokus pada aktivitas keuangan domestik dan internasional aktual, daripada pada faktor kualitatif seperti lingkungan bisnis dan peraturan, menyoroti pengejaran yang diperlukan oleh pusat keuangan untuk mendapatkan posisi terdepan.

AS secara keseluruhan mencetak 84 poin dari 100 poin, lebih dari dua kali lipat skor Inggris sebanyak 35 poin, yang pada gilirannya hampir tiga kali lipat dari Prancis, Jerman atau Luksemburg. Dalam pemeringkatan, New Financial menggunakan data dari 2016 hingga 2019.

Sedangkan, Tiongkok meraih 29 poin yang menempatkannya sebagai pusat keuangan terbesar ketiga dunia. Selanjutnya, menyusul Jepang dengan 19 poin, Hong Kong 14 poin dan Prancis 13 poin, karena sektor keuangan domestiknya yang besar mengimbangi aktivitas internasional yang relatif lemah.

"Pasar-pasar di Asia Pasifik mencakup empat dari 10 pusat keuangan teratas dan delapan dari 20 besar di dunia, dan telah berkembang paling pesat sejak 2016," kata New Financial.

Sementara Brexit telah menimbulkan kekhawatiran di Inggris tentang perlunya menjaga Kota kompetitif secara global, Uni Eropa memperkuat "otonomi strategis" di bidang keuangan dengan memaksa perdagangan saham dan swap euro untuk meninggalkan London ke blok tersebut, dan sekarang menargetkan kliring euro. Pada 2019, Inggris yang saat itu masih bergabung memiliki 42 persen dari semua aktivitas keuangan di Uni Eropa.

Dalam sepuluh sub-sektor yang mencakup dana lindung nilai, penerbitan dan perdagangan ekuitas sekunder asing, valas, kliring dan perdagangan derivatif komoditas, Inggris memiliki lebih banyak aktivitas internasional daripada gabungan 27 negara anggota Uni Eropa saat ini.

Gagas EPI

Sebelumnya diberitakan, bank-bank Uni Eropa (UE) mencoba membangun kelompok pembayaran yang mampu menghadapi raksasa AS yang mendominasi sektor itu. Para politisi yakin bahwa sistem pembayaran Eropa adalah masalah kedaulatan, beberapa pemberi pinjaman terbesar di kawasan mata uang telah bekerja sama untuk meluncurkan serangan baru terhadap saingan dominan mereka di AS.

Upaya ini dimulai dengan awal yang sulit musim panas lalu ketika kelompok minuman ringan AS, PepsiCo, keberatan dengan nama yang diusulkan Inisiatif Sistem Pembayaran Pan-Eropa, atau, PEPSI. Namun, para pendukung utama masih optimis bahwa gagasan itu, yang sekarang disebut Inisiatif Pembayaran Eropa (European Payments Initiative/EPI), dapat berhasil.

"Sekarang Komisi Eropa dan Bank Sentral Eropa memahami bahwa untuk memiliki kedaulatan Eropa, perlu memiliki sistem pembayaran Eropa," kata Kepala Strategi Worldline, Wolf Kunisch kepada Financial Times. n Rtr/ft/SB/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top