Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perebutan Pengaruh I Akses AS ke Pangkalan Filipina untuk Antisipasi Invasi Tiongkok ke Taiwan

Akses ke Pangkalan Filipina Jadi Pijakan Kuat AS di Asia

Foto : AFP/Western Mindanao Command

Kunjungan Menhan AS l Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin (kanan) berjabat tangan dengan Letjen Roy Galido, Komandan Wilayah Mindanao Barat saat Austin berkunjung ke markas WESTMINCOM di Zamboanga City, Filipina, pada Rabu (1/2) pekan lalu. Kunjungan Menhan Austin itu terkait dengan upaya AS untuk mendapatkan akses untuk menggunakan pangkalan di Filipina.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Langkah Manila dengan memberi Amerika Serikat (AS) akses yang lebih besar ke pangkalan militer Filipina akan memungkinkan negara adidaya itu untuk merespons lebih cepat ke titik-titik konflik di kawasan itu, karena saat ini potensi konflik muncul di Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan (LTS). Hal itu diutarakan para analis pada Sabtu (4/2).

Dugaan ini mengemuka setelah Menteri Pertahanan AS dan Filipina pekan lalu mengumumkan bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan untuk memberikan akses pasukan Amerika ke empat pangkalan militer lagi di Filipina di bawah Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA).

AS sekarang akan dapat merotasi pasukannya masuk dan keluar dan prapengerahan peralatan dan material di total sembilan pangkalan di negara Asia tenggara yang berlokasi strategis di LTS dan dekat dengan Taiwan.

Tetapi pada konferensi pers bersama mereka di Manila pada Kamis (2/2) lalu, baik Menhan AS, Lloyd Austin, maupun mitranya dari Filipina, MenhanCarlito Galvez Jr, sama sekali tak mengatakan secara terbuka kesepakatan itu muncul dari kekhawatiran atas potensi serangan Tiongkok ke Taiwan. Sebaliknya, kedua belah pihak mengecilkannya dengan mengatakan bahwa akses yang diperluas ke pangkalan-pangkalan Filipina akan memungkinkan mereka untuk menanggapi lebih cepat keadaan darurat dan bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.

"Saya pikir AS sedang mempersiapkan kemungkinan militer yang lebih besar yang membutuhkan lebih banyak akses ke wilayah Filipina yang secara strategis terletak di jantung Indo-Pasifik," kata analis politik Rommel Banlaoi, ketua Institut Riset Perdamaian, Kekerasan dan Terorisme (PIPVTR) dan mantan penasihat keamanan pemerintah Filipina.

Reaksi Beijing

Baru-baru ini, hubungan bilateral AS-Filipina menjadi tegang selama pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte yang mengarahkan Manila lebih dekat ke kekuatan rival Washington DC, yaitu Tiongkok dan Russia. Duterte pun pernah mengeluarkan ancaman akan membatalkan Perjanjian Kunjungan Pasukan.

Pengganti Duterte yaitu Presiden Ferdinand Marcos Jr, juga telah mengisyaratkan bahwa pemerintahannya ingin bekerja sama dengan Beijing dalam pembangunan ekonomi dan di sisi lain juga bertekad untuk menjalin hubungan yang mesra dengan AS.

"Model aliansi ini berkembang berdasarkan ancaman yang muncul dan perkembangan strategis di kawasan," kata Don McLain Gill, analis politik yang juga direktur regional sebuah wadah pemikir yang berbasis di Manila, Philippine-Middle East Studies Association.

Sementara itu menyikapi perkembangan terkini yang terjadi di Filipina, pada Kamis lalu Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengkritik pengumuman Manila tentang perluasan akses pasukan AS ke Filipina.

"Ini akan meningkatkan ketegangan dan membahayakan perdamaian dan stabilitas di kawasan. Negara-negara kawasan perlu tetap waspada dan menghindari paksaan atau digunakan oleh AS," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning.RFA/BenarNews/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top