Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Dasar

Akses Air Minum Aman Harus Terjamin

Foto : Koran Jakrta/Muhamad Ma'rup

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Akses masyarakat terhadap air minum yang aman harus terjamin. Hal tersebut menjadi salah satu pemenuhan hak asasi manusia (HAM). Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, dalam Peringatan Hari Air Sedunia 2022, di Jakarta, Selasa (22/3).

"Air minum layak, belum tentu aman," ujarnya. Dia menekankan, permasalahan air tidak hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitas. Maxi menilai, salah satu penyebab kualitas air terganggu berkaitan dengan sanitasi yang belum layak. Perilaku buang air besar baik terbuka maupun terselubung masih sering terjadi, sehingga menimbulkan pencemaran mikrobiologi.

"Ini menjadi perhatian bersama untuk menyediakan pelayanan dasar dan perilaku sanitasi bersih. Perlu kita pastikan keberlanjutan dalam menerapkan pola hidup bersih," jelasnya. Selain itu, keberadaan mata air dan air tanah terus berkurang. Maxi mengatakan, penggunaan air tanah harus mulai dibatasi atau dihentikan seiring penurunan muka tanah.

Dia mengungkapkan, pemerintah sudah menargetkan 100 persen akses air minum yang layak. Selain itu, ada target 15 persen air minum aman tahun 2020-2024. "Ketersediaan dan keberlanjutan manajemen air minum dan sanitasi untuk semua merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan," katanya.

Maxi mengajak masyarakat menjaga akses air minum berkualitas baik di rumah tangga maupun fasilitas umum seperti tempat kerja, destinasi pariwisata, dan lokasi-lokasi strategis. Di sisi lain, pemerintah daerah harus mendorong penyediaan air minum aman melalui peningkatan pengawasan, manajemen risiko dan edukasi. "Ini untuk memastikan kualitas air minum aman sebelum didistribusi dan dikonsumsi," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Ocky Karna Radjasa, menyebut, hanya lima persen air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Sisanya hanya air laut.

Dia menjelaskan, sejalan dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan air bersih semakin meningkat. Adapun ketersediaannya semakin menurun dan diperparah dengan pemanfaatan air yang kurang bijak. "Ini menjadi ancaman lingkungan berkelanjutan," katanya.

Ocky menekankan, perlu sistem pengelolaan sumber daya air yang menekankan pada sifat kealamiahan lingkungan sumber daya air dan berpijak pada kesadaran serta partisipasi masyarakat. Upaya ini akan mampu mengatasi persoalan dan ancaman sumber daya air secara bersama, masif, serta berkelanjutan.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top