Jumat, 07 Mar 2025, 00:00 WIB

Agar Mampu Bersaing di Pasar Global, Industri Furnitur Harus Ikuti Tren Ramah Lingkungan

Pedagang berjaga di salah satu stan pada Indonesia International Furniture Expo (Ifex) 2025 di JIExpo Kemayora, Jakarta, Kamis (6/3). Ajang pameran mebel dan kerajinan unggulan itu memamerkan lebih dari 3.000 produk yang berlangsung pada 6-9 Maret.

Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A

JAKARTA - Industri furnitur dan kerajinan nasional harus bisa mengikuti tren pasar global yang cenderung menyukai produk furnitur dan kerajinan ramah lingkungan. Hal itu dimaksudkan agar produk furnitur Indonesia kompetitif di pasar global.

Apalagi nilai pasar industri furnitur global ke depannya prospektifBerdasarkan data Expert Market Research, pangsa pasar industri furnitur global sebesar 660 miliar dollar AS dan diproyeksikan akan terus tumbuh hingga 4,9 persen pada periode 2025 hingga 2034.

"Industri nasional harus bisa bersaing di tengah tren permintaan furnitur saat ini seperti furnitur ramah lingkungan," ucap Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 di Jakarta, Kamis (6/3).

Tren furnitur ramah lingkungan itu, ujarnya terintegrasi dengan teknologi (smart features), desain multifungsional, modular hingga customized, mendorong pengusaha industri furnitur dan kerajinan untuk berinovasi melibatkan teknologi dalam proses manufakturnya.

Dia mencontohkan peningkatan penggunaan teknologi 4.0 pada metode pemasaran seperti Augmented Reality (AR) dapat mempermudah belanja furnitur secara online. "Kemudian dari sisi produksi, teknologi 3D Printing juga semakin banyak digunakan untuk mempermudah proses desain dan mengurangi biaya produksi," kata Faisol.

Dalam rangka upaya penguasaan pasar serta menanggapi tren industri furnitur, Kemenperin menyusun berbagai strategi yang berfokus pada fasilitasi ketersediaan bahan baku dengan berkoordinasi bersama kementerian dan lembaga terkait untuk memperbaiki rantai pasok bahan baku industri furnitur melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur.

Kemudian, Kemenperin berfokus pada fasilitasi ketersediaan SDM terampil dengan mendirikan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar dengan mengikutsertakan pelaku industri dalam pameran furnitur internasional.

Selain itu, Kemenperin juga fokus pada fasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.

Tak hanya kebijakan-kebijakan tersebut, pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur, antara lain melalui pemberian fasilitas insentif perpajakan, preferensi tarif, ketentuan larangan dan pembatasan.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: