Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Ada Apa Ini Sampai 10.000 Warga Tiongkok Telantar di Perbatasan dengan Myanmar

Foto : ANTARA/Aditya E.S. Wicaks

Dokumentasi - Sejumlah pekerja asing mengantre di depan kantor pusat administrasi dan layanan bagi orang asing di Ruili, Provinsi Yunnan, Republik Rakyat China, pada Kamis (27/10/2016).

A   A   A   Pengaturan Font

Beijing - Lebih dari 10.000 warga negara Tiongkok terjebak di pos perbatasan Ruili, Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Myanmar.

Media Tiongkok menyebut mereka hendak menyerahkan diri untuk pulang ke negaranya karenasituasi politik yang memburuk dan pandemi COVID-19 di Myanmar.

Mereka ini sebelumnya melarikan diri ke Myanmar karena beberapa kasus kejahatan lintas-batas, seperti penipuan melalui alat telekomunikasi.

Kepulangan ribuan warga Tiongkok itu ternyata tidak berlangsung mulus. Mereka terjebak dalam antrean panjang di pos perbatasan karena protokol kesehatan ketat yang diterapkan oleh otoritas Tiongkok.

"Hanya seratus orang per hari yang diizinkan melintas pos perbatasan Ruili. Mereka harus menunjukkan hasil tes PCR. Yang positif langsung dikirim ke fasilitas perawatan khusus, yang negatif langsung karantina," kata seorang petugas di Ruili sebagaimana dikutip Global Times, Minggu.

Derasnya gelombang kepulangan warga Tiongkok itu terjadi setelah pemerintah Tiongkok meminta warganya di Myanmar untuk mendaftarkan identitas diri.

Kepada sejumlah media, pemerintah Ruili mengatakan bahwa regulasi baru tersebut dikeluarkan terkaitsituasi politik yang memanas dan kasus COVID-19 di Myanmar memburuk.

Perkembangan itulah yang menjadikan warga Tiongkok di Myanmar berbondong-bondong untuk menyerahkan diri kepada otoritas Tiongkok.

Para warga itu berasal dari beberapa provinsi di Tiongkok, seperti Hubei, Jiangxi, dan Henan. Provinsi-provinsi tersebut telah memberikan tenggat kepada para pelaku untuk menyerahkan diri.

Kota Tianmen di Provinsi Hubei memberikan tenggat sejak 15 Juni bagi siapa pun untuk menyerahkan diri. Jika tidak melewati batas waktu tersebut, mereka akan diberi keringanan hukuman.

Kerumunan massa yang terjadi di pos perbatasan itu membuat Kota Ruili kembali menghadapi risiko berat kasus COVID-19.

Kota di selatan China itu telah beberapa kali mengalami gelombang kasus COVID-19.

Povinsi Yunnan pada Sabtu (2/10) saja telah mendapati 14 kasus COVID-19 yang menimpa warga Tiongkok yang sebelumnya melarikan diri ke Myanmar dan memutuskan menyerahkan diri.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top