ABI, Memadukan Hiburan dan Kebaikan
Badut profesional perlu membekali diri dengan kemampuan akrobatik, seni sulap, seni musik, dan seni tari. Dengan pengetahuan itu, penampilan dalam setiap event akan lebih berbobot.
Hidung bulat merah, make up tebal menutup wajah, baju warna-warni, dab badan selalu bergoyang. Gambaran tersebut lekat dengan badut. Tokoh lucu itu kerap menghibur terutama di pesta ulang tahun anak. Ya, penampilan badut memang khas. Performa lucu sepertinya menjadi perilaku yang wajib ditampilkan. Tapi, benarkah badut hanya harus lucu? Ternyata tidak.
Komunitas Aku Badut Indonesia (ABI) mengatakan badut tidak cukup mengandalkan penampilan lucu. Badur juga harus baik. Filosofinya, menghibur itu tidak hanya lucu tapi juga harus mengandung unsur yang baik. Dalam penampilannya, badut memang atraktif.
Misalnya, ketika aksi akrobat maupun sulap mampu menghibur pengunjung car free day (CFD) di seputaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (9/12). Para penonton yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa melingkar mengitari para anggota ABI yang tengah beraksi. Mereka mendapat suguhan akrobat maupun sulap yang mengundang tawa.
"Kalau jadi badut harus baik dulu, baik sama anak-anak," ujar Dedy Rachmanto, salah satu pendiri ABI, yang ditemui disela-sela atraksi bersama komunitasnya. Nilai kebaikan menjadi utama untuk menjadi badut. Karena badut akan menghadapi anak-anak maupun orang dewasa. Tanpa sikap yang didasari nilai kemanusiaan tersebut akan sulit untuk menjadi sahabat penonton, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya