Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Abaikan Ancaman Amerika, Negara Islam Ini Tetap Nekat Bangun Reaktor Riset Nuklir Terbaru

Foto : Kepresidenan Iran / AFP

Mohammad Eslami, kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), berbicara di sebuah acara selama 'Hari Teknologi Nuklir Nasional' ke-16 di ibu kota Teheran pada 9 April 2022.

A   A   A   Pengaturan Font

Wakil presiden dan Kepala Organisasi Energi Atom nasional Iran, Mohammad Eslami mengatakan Teheran akan membangun reaktor riset nuklir baru buatan dalam negeri di dekat kota Isfahan.

"Kami berencana untuk secara resmi memulai pembangunan reaktor riset di situs nuklir Isfahan dalam beberapa minggu mendatang," kata Eslami kepada wartawan saat berkunjung ke Fasilitas Konversi Uranium (UFC) fasilitas tersebut, pada Rabu (27/7)

Pusat Teknologi Nuklir Isfahan yang ibangun pada 1980-an itu adalah fasilitas penelitian nuklir terbesar di Iran.

Dikutip dari Russia Today, fasilitas itu dilaporkan juga menampung beberapa reaktor penelitian buatan Tiongkok, pabrik produksi bahan bakar dan infrastruktur nuklir penting lainnya.

Menurut Eslami, proyek konstruksi yang "sepenuhnya (buatan) dalam negeri" pada akhirnya disebut akan membantu Iran mendapatkan akses ke rantai produksi energi nuklir penuh, mengingat sejumlah negara yang memilikinya tidak mau bekerja sama dengan Teheran.

Pada 25 Juni, Eslami mengumumkan bahwa Iran telah mulai membangun pembangkit listrik tenaga nuklir dalam negerinya yang pertama.

RT melaporkan Iran telah secara bertahap meningkatkan program nuklirnya sejak keputusan mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) pada tahun 2018.

JCPOA yang juga dikenal sebagai "kesepakatan Iran" secara signifikan mengekang ambisi nuklirnya di pertukaran untuk mendapatkan keringanan sanksi.

AS juga langsung kembali menerapkan sanksi sebelumnya dan bahkan menambahkan beberapa sanksi baru terhadap Iran. Teheran pun mulai melepaskan diri dari kesepakatan itu, termasuk meningkatkan batasan pengayaan uranium.

Meskipun Presiden AS Joe Biden telah memperjelas niatnya untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu, upaya itu belum menunjukkan hasil yang nyata. RT menyebut pada satu sisi, para pejabat Iran bersikeras Washington harus kembali ke perjanjian awal dan mencabut sanksi secara penuh, sementara AS mengklaim Iran telah mengajukan tuntutan baru selama pembicaraan.

Walaupun Iran telah lama menekankan bahwa program nuklirnya semata untuk tujuan damai, peningkatan kegiatan nuklirnya baru-baru ini telah menimbulkan beberapa kekhawatiran di Barat.

Pasalnya, pada pertengahan Juli, seorang penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengklaim bahwa negara itu memiliki kemampuan teknis untuk memproduksi bom nuklir tetapi belum membuat keputusan politik untuk melakukannya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top