Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

60 Guru Besar Ikut Bermain Wayang Orang

Foto : KORAN JAKARTA / HENRI PELUPESSY

Pergelaran Wayang Orang - Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo (kiri), bersama Menristekdikti, M Nasir, dan Rektor Undip Semarang, Yos Johan Utama, saat pentas pergelaran wayang orang memperingati Dies Natalis ke-60 Undip, di Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Tampak pemandangan yang istimewa di Auditorium Imam Barjo Universitas Diponegoro (Undip), Kampus Peleburan, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), akhir pekan kemarin. Istimewa karena di tempat ini digelar wayang orang dalam rangka Dies Natalis ke-60 Undip, dengan lakon Semar Mbangun Kahyangan.

Keistimewaan wayang orang ini karena Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir, dan Rektor Undip Yos Johan Utama, ikut beradu akting. Lebih istimewa karena dalam pergelaran wayang orang ini tampil tidak kurang dari 60 guru besar.

Menristekdikti, M Nasir misalnya, didapuk menjadi Bathara Bromo, Gubernur Jateng Ganjar menjadi Sang Hyang Wenang. Adapula Sekda Provinsi Jateng Sri Puryono sebagai Prabu Kresna dan Rektor Undip Yos Johan sebagai Sang Hyang Guru.

Pergelaran wayang orang dalam memperingati Dies Natalis ke-60 Undip ini terlaksana berkat kerja sama dengan Perkumpulan Wayang Orang (WO) Ngesti Pandawa Semarang. Pentas wayang orang ini bertajuk Wayang Spektra 60 Guru Besar Undip.

Pementasan wayang orang tersebut mencetak rekor dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) sebagai pemrakarsa pementasan wayang orang dengan pemainnya guru besar terbanyak, yakni sebanyak 60 orang profesor.

Aktivis wayang wong Ngesthi Pandowo, Danang Respati, menjadi sutradara pentas tersebut. Cerita yang dibawakan tidak terlalu serius karena dibumbui canda yang tentu membuat ratusan orang yang hadir merasa terhibur.

Pergelaran wayang ini, ungkap sang sutradara, mengusung lakon Semar yang digambarkan sebagai sang pamomong. Semar merupakan tokoh sentral dalam jagat pewayangan, sekaligus menjadi pengasuh para raja dan kesatria.

Pada lakon ini dikisahkan Semar gelisah dan tak puas dengan kepemimpinan Bathara Guru yang kebijakannya dipengaruhi oleh istrinya. Akibatnya, Semar atau Sang Hyang Ismaya ingin bangun istana tandingan. Singkat cerita, karena kepemimpinan yang tidak bijak tersebut, Bathara Guru ditegur oleh Sang Hyang Widi.

Sudah Terbiasa

Gubernur Ganjar muncul berdialog bersama Punokawan, termasuk sang tokoh utama, Semar. Pementasan itu berlangsung gayeng. Ganjar tampak sudah terbiasa pentas bermain wayang orang. Demikian juga dengan Menristekdikti, M Nasir yang luwes mengucap dialog dan melakukan adegan pertarungan. Sri Puryono dan Rektor Undip pun memerankan perannya dengan sangat baik.

Dalam pementasan tersebut, M Nasir mengatakan dirinya memang tanpa persiapan. Namun tidak ada grogi karena ini sudah yang kedua baginya berperan di wayang orang. "Tanpa persiapan, hapal. Grogi sih tidak, wong ada Pak Gubernur. Saya hanya dikasih teks saja," kata Nasir.

Menurut Nasir, kegiatan ini sekaligus ikut merasakan kebahagiaan dan melestarikan kesenian lokal wayang orang. Dia mengapresiasi Dies Natalis Undip kali ini yang menampilkan kesenian wayang orang, sebab bagaimanapun budaya berkaitan dengan sejarah yang tidak boleh dilupakan, meski Undip punya impian untuk terus maju ke depan.

Dari lakon Semar Mbangun Kahyangan ini dapat dipetik pelajaran bahwa membangun kahyangan itu tidak gampang dan tidak dapat dilakukan sendirian. Butuh kerja sama seluruh pihak, termasuk masyarakat.

Rektor Undip Semarang, Yos Johan Utama, mengatakan pergelaran wayang orang tersebut melibatkan 60 guru besar Undip dari berbagai fakultas dan program studi di universitas itu sejalan dengan peringatan Dies Natalis Undip tahun ini ke-60.

"Semar adalah teladan, semacam kaca benggala bagi semua civitas akademika. Meski berperawakan pendek, bongkok, tetapi penuh kemuliaan hati," kata guru besar Fakultas Hukum (FH) Undip yang mengaku hanya dua kali mengikuti latihan.

Dalam dunia akademisi, kedalaman ilmu seseorang tidak bisa dilihat dari perawakan atau jabatan yang melekat, sehingga pementasan lakon Semar Mbangun Kahyangan ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi seluruh civitas akademika. Pada akhir pementasan, Ganjar memberikan narasi dan imbauan agar semua pihak tetap menjaga daerah masing-masing layaknya Semar menjaga kahyangan.

n henri pelupessy/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top