Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Minggu, 20 Okt 2024, 14:00 WIB

25 Persen Orang Dewasa di AS Diduga Menderita ADHD

Foto: Istimewa

Gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas atau yang dikenal dengan sebutan attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) tanpa disadari mungkin lebih sering terjadi pada orang dewasa. ADHD pada orang dewasa masih merupakan kondisi yang sebagian besar tidak terdiagnosis dan disalahpahami, sering kali disebabkan oleh berbagai kesalahpahaman yang melingkupinya. Dalam banyak kasus, gejala pada orang dewasa mungkin tidak dikenali karena bisa jadi tidak kentara atau tumpang tindih dengan kondisi lain.

ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang dimulai pada masa kanak-kanak dan sering kali berlanjut hingga dewasa. Gejala umum pada anak-anak meliputi kesulitan memusatkan perhatian, perilaku impulsif, dan tingkat aktivitas yang berlebihan. Ketika gejala-gejala ini berlanjut hingga dewasa, gejala-gejala ini dapat muncul sebagai kegelisahan, kesulitan dalam melakukan banyak hal, dan perubahan suasana hati. Efek-efek ini dapat secara signifikan memengaruhi hubungan, performa kerja, dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa sekitar 15,5 juta orang dewasa AS telah menerima diagnosis ADHD pada suatu saat dalam hidup mereka.

Namun menurut sebuah survei baru dari The Ohio State University Wexner Medical Center and College of Medicine, sekitar 25 persen orang dewasa Amerika menduga bahwa mereka memiliki ADHD yang tidak terdiagnosis, dan hanya sekitar 13 persen yang telah menyampaikan kecurigaannya kepada dokter. Para ahli kesehatan mental khawatir bahwa diagnosis sendiri dapat menyebabkan pengobatan yang salah.

Survei yang dilakukan oleh para peneliti di Ohio State University, yang mengumpulkan tanggapan dari 1.000 orang dewasa Amerika, menemukan bahwa sekitar 4,4 persen orang dewasa berusia 18 hingga 44 tahun memiliki ADHD.

"Kecemasan, depresi, dan ADHD-semua hal ini dapat terlihat sangat mirip, namun penanganan yang salah dapat memperburuk keadaan alih-alih membantu orang tersebut merasa lebih baik dan meningkatkan fungsinya," kata peneliti studi tersebut, Justin Barterian, dikutip dari Medical Daily, Rabu (16/10).

"Sudah pasti ada lebih banyak kesadaran tentang bagaimana ADHD dapat terus mempengaruhi orang-orang hingga dewasa dan banyak orang yang menyadari, setelah anak-anak mereka didiagnosis, bahwa mereka juga memiliki gejala-gejala ini, mengingat bahwa ini adalah kelainan genetik," tambah Barterian.

Namun, gejala ADHD dapat terlihat berbeda pada setiap orang. Sementara itu, gejala-gejala ADHD dapat bermanifestasi sebagai kesulitan untuk fokus pada pelajaran atau berorganisasi pada beberapa orang, orang lain mungkin memiliki lebih banyak kesulitan sosial dengan impulsif dan kesulitan untuk mengikuti pembicaraan, Barterian menjelaskan.

CĂ©line Gounder, kontributor medis CBS News dan editor-at-large untuk kesehatan masyarakat di KFF Health News, mengatakan dalam acara "CBS Mornings" hari Selasa, gejala ADHD bisa lebih halus pada orang dewasa.

"Ada banyak tumpang tindih dengan kesehatan mental lainnya serta kondisi medis lainnya, dan bagaimana Anda mengobatinya mungkin berbeda tergantung pada campuran gejala, sindrom lain yang tumpang tindih yang mungkin Anda miliki," ucapnya.

Peneliti juga mencatat bahwa meskipun ada peningkatan kesadaran akan prevalensi ADHD pada orang dewasa dari video media sosial yang sedang tren, individu yang mencurigai adanya ADHD juga harus didorong untuk mencari diagnosis dari tenaga medis profesional. Para peneliti memperingatkan bahwa diagnosis sendiri dapat menyebabkan perawatan yang salah dan komplikasi lebih lanjut.

"Jika Anda menonton video di media sosial dan itu membuat Anda berpikir bahwa Anda mungkin memenuhi kriteria untuk gangguan ini, saya akan mendorong Anda untuk mencari evaluasi dari psikolog atau psikiater atau dokter untuk memeriksakannya," tutur Barterian.

Redaktur:

Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.