Koran-jakarta.com || Sabtu, 29 Mar 2025, 15:40 WIB

Puluhan jamaah Al Muhdlor Tulungagung gelar shalat Ied

  • Idul Fitri

Tulungagung, Jawa Timur -- Puluhan orang jamaah Pesantren Al Khoiriyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan jamaah Al Muhdlor di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu melaksanakan shalat Idul Fitri 1446 Hijriah lebih awal dari ketetapan pemerintah.

Puluhan jamaah Al Muhdlor Tulungagung gelar shalat Ied

Ket. Jamaah mengikuti shalat Id di Masjid Nur Muhammad yang ada di kompleks Ponpes Al Khoiriyah, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (29/3).

Doc: ANTARA/Destyan Sujarwoko Puluhan jamaah Al Muhdlor Tulungagung gelar shalat Ied

Shalat Id digelar di Masjid Nur Muhammad yang berada di dalam kompleks Pesantren Al Khoiriyah.

Kapolsek Sumbergempol, Iptu Mohammad Anshori yang terlihat ikut memantau langsung jalannya shalat Id memastikan aktivitas keagamaan itu berlangsung khusuk.

"Kami berjaga untuk memastikan pelaksanaan shalat id berlangsung damai dan tidak ada gangguan," kata Anshori.

Selain unsur kepolisian, unsur TNI diwakili Babinsa juga turut melakukan pengamanan di sekitar Masjid Nur Muhammad hingga seremoni keagamaan selesai.

"Total ada sekitar 60 orang mengikuti Shalat Id di Masjid Nur Muhammad. Jamaah terdiri atas keluarga pesantren dan beberapa santri khusus" katanya.

Pelaksanaan Shalat Id lebih awal di Pesantren Al Khoiriyah ini telah menjadi tradisi sejak lama. Keputusan ini didasarkan pada penghitungan ilmu falak yang mereka ikuti sesuai petunjuk ahli falak.

Tradisi ini telah berlangsung sejak masa almarhum Habib Sayyid Ahmad bin Salim Al Muhdlor dan terus dilanjutkan oleh pengasuh pondok pesantren saat ini, Habib Hamid Bin Ahmad Al Muhdlor.

Jamaah Pondok Pesantren Al Khoiriyah di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, yang dikenal sebagai Jamaah Al Muhdlor, melaksanakan shalat Idul Fitri lebih awal dibandingkan mayoritas umat Islam di Indonesia. Mereka memulai puasa Ramadhan dua hari lebih awal dan menjalankannya selama 30 hari penuh, sehingga hari raya Idul Fitri mereka jatuh lebih awal.

Keputusan ini didasarkan pada penghitungan ilmu falak yang mereka ikuti sesuai petunjuk ahli falak. Tradisi ini telah berlangsung sejak masa almarhum Habib Sayyid Ahmad bin Salim Al Muhdlor dan terus dilanjutkan oleh pengasuh pondok pesantren saat ini, Habib Hamid Bin Ahmad Al Muhdlor.

Tim Redaksi:
A
-

Like, Comment, or Share:


Artikel Terkait