Berpotensi Melemah Lanjutan Akhir Pekan (31/1)
- Nilai tukar rupiah
JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya, jelang akhir pekan ini. Sentimen eskternal diperkirakan masih dominan mempengaruhi pergerakan rupiah.

Ket.
Doc: ISTIMEWA
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana melihat investor tengah menantikan rilis sejumlah data penting ekonomi Amerika Serikat (AS), seperti produk domestik bruto (PDB), weekly initial jobless claim, spending home sales, dan PCE Price. Menurutnya, jika data-data tersebut positif maka indeks dollar akan naik sehingga membuat rupiah berpotensi terdepresiasi.
Fikri memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (31/1), bergerak di kisaran 16.200 - 16.400 rupiah per dollar AS dengan kecenderungan melemah.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada penutupan perdagangan, Kamis (30/1) sore, melemah 37 poin atau 0,23 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.258 rupiah per dollar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai gambaran positif perekonomian AS dari bank sentral setempat atau Federal Reserve (The Fed) membuat kurs rupiah melemah terhadap dollar AS. “Bank Sentral AS pascarapat moneternya (Federal Open Market Committee/FOMC) dini hari tadi menyampaikan gambaran yang positif mengenai perekonomian AS, terutama situasi ketenagakerjaan di AS,” ujarnya di Jakarta.
Hasil dari rapat FOMC dianggap dapat mengubat persepsi pasar The Fed mungkin bakal lebih sedikit memangkas suku bunga pada tahun ini. Untuk ekonomi AS, tercatat Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan tumbuh 3,1 persen di kuartal IV-2024, inflasi inti 2,8 persen, inflasi umum 2,2 persen, dan pengangguran 4,1 persen.
Di samping itu, kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump bisa memicu kenaikan inflasi di AS karena kenaikan-barang-barang konsumsi yang diimpor.