Tata Kelola Beras Bermasalah
- Bulog
- Beras
- Pupuk Subsidi
- Inflasi Pangan
- Tata Niaga Pangan
JAKARTA - Harga beras terus naik dalam beberapa bulan terakhir karena produksi tak bertambah dan tata niaga pangan buruk. Pemerintah dianggap tak mampu mengatasi masalah ini yang terus berulang tiap tahun.

Ket.
Doc: istimewa
Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, mengatakan kenaikan harga beras menunjukkan ketimpangan lonjakan permintaan beras setiap tahun yang lebih tinggi ketimbang peningkatan produksi beras.
"Ini juga dapat menunjukkan posisi tawar dan tata niaga yang timpang dan distribusi beras yang belum lancar dan demokratis," paparnya kepada Koran Jakarta, Rabu (3/1).
Menurut Awan, pemerintah perlu melakukan sejumlah langkah seperti revitalisasi Bulog, pelaksanaan demokratisasi produksi dan perbaikan tata niaga beras melalui koperasi multipihak.
Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, mengatakan peningkatan komponen harga pangan secara drastis utamanya dipengaruhi fenomena El Nino selama beberapa bulan terakhir. Fenomena cuaca ekstrem tersebut membuat produksi terganggu.
Sejak November 2023, terangnya, Indeks ENSO yang mengukur skala intensitas terjadinya El Nino, telah mencapai skala kuat dengan nilai indeks 2,21 (nilai indeks di atas 2 menunjukkan El Nino yang kuat), mengindikasikan fenomena ini telah membawa dampak yang cukup besar terhadap harga komoditas pangan. Dia menegaskan tekanan yang meningkat terhadap harga pangan akibat El Nino berpotensi memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat.
"Walaupun pemerintah Indonesia sudah berhasil menjaga harga beras melalui kebijakan impor, respons kebijakan lebih lanjut masih diperlukan seiring dengan dampak El Nino yang menyebar ke berbagai komoditas lainnya," ungkap Riefky.
Anda mungkin tertarik:
Dia menjelaskan kondisi ini menjadi tantangan dalam pengelolaan inflasi mengingat dampak El Nino diperkirakan masih akan berlanjut hingga awal 2024.
Kenaikan Harga
Seperti diketahui, kebijakan pemerintah mengimpor dua juta ton beras pada 2023 dinilai tidak efektif menurunkan harga beras. Hal itu terlihat pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras di tingkat eceran naik sebesar 0,48 persen pada Desember 2023 dibanding bulan sebelumnya dan secara tahunan atau year on year (yoy) atau Desember 2022 ke Desember 2023 sudah naik 17,07 persen.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi pada rantai distribusi eceran, melainkan juga terjadi pada penggilingan beras. Pada Desember 2023, harga beras di penggilingan naik 0,73 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dan secara tahunan sudah naik 24,07 persen. Begitu juga dengan harga beras grosir, yang naik 0,58 persen secara mtm dan 18,44 persen secara yoy.