Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

10 Wilayah di DKI Rawan Pergerakan Tanah

Foto : ANTARA/SIGID KURNIAWAN

Paling Rawan, Warga membersihkan sisa puing bangunan yang terdampak longsor di kawasan Bangka, Jakarta Selatan. Wilayah Jakarta Selatan menjadi wilayah paling rawan terhadap pergerakan tanah di Ibu Kota. Di antaranya wilayah Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, dan Kebayoran Lama.

A   A   A   Pengaturan Font

Sepanjang 2017 hingga 2021 terdapat 57 kejadian tanah longsor di DKI Jakarta. Paling banyak di Jakarta Selatan dengan 34 kejadian. Untuk itu, masyarakat perlu mengenali ciri-ciri tanah yang rawan longsor.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mencatat sebanyak 10 wilayah di DKI Jakarta berpotensi terjadi pergerakan tanah, yakni delapan wilayah di Jakarta Selatan dan dua wilayah di Jakarta Timur.
Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji, mengatakan bahwa PVMBG telah merilis informasi potensi gerakan tanah di Jakarta setiap bulannya dengan menganalisis data curah hujan yang dikeluarkan oleh BMKG, yang kemudian disadur oleh BPBD DKI untuk diinformasikan ke masyarakat.
"Sepanjang tahun 2017 hingga 2021 terdapat total sebanyak 57 kejadian tanah longsor yang tersebar di berbagai lokasi di Jakarta," kata Isnawa seperti yang dikutip dalam laman resmi BPBD Provinsi Jakarta, kemarin.
Dia juga melanjutkan bahwa mayoritas kejadian tanah longsor terjadi karena adanya intensitas curah hujan yang begitu tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali atau sungai.
Paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan (34 kejadian) dan Jakarta Timur (21 kejadian). Adapun untuk detail wilayah kelurahan yang paling banyak terjadi yakni di Srengseng Sawah (6 kejadian) dan Ciganjur (4 kejadian).
"Informasi yang dirilis setiap bulannya bukan berarti seluruh wilayah kecamatan tersebut masuk ke dalam kategori rawan, namun hanya pada wilayah tertentu yang berada pada kawasan lereng di tepi kali atau sungai saja. Hal ini perlu dipahami agar masyarakat tidak panik, namun tetap waspada," jelas Isnawa.

Kenali Kejala
Untuk itu, dia meminta warga masyarakat yang berada di wilayah tersebut untuk mengenali gejala-gejala pergerakan tanah atau yang biasa dengan sebutan tanah longsor.
Dalam kasus ini, terdapat beberapa ciri-ciri tanah longsor seperti adanya lapisan tanah/batuan yang miring ke arah luar, adanya retakan tanah yang membentuk tapal kuda, adanya rembesan air pada lereng, adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung dan perubahan kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam.
BPBD DKI mengimbau agar masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali/sungai untuk tidak membangun rumah di atas/bawah/bibir tebing, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.
Sebagai informasi tambahan, BPBD DKI telah berkoordinasi dengan PVMBG mengenai fenomena ini. BPBD DKI pun mendorong agar dapat dilakukan pemetaan dengan skala yang lebih besar/lebih detail pada skala 1:25.000 bahkan 1:10.000, karena saat ini PVMBG baru merilis peta peringatan dini potensi gerakan tanah pada skala 1:50.000.
Selain itu, BPBD DKI juga mendorong agar para stakeholders terkait untuk dapat menyusun strategi mitigasi secara struktural untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu di masyarakat.
Tanah longsor, kata dia, bisa terjadi karena berbagai macam pemicu, seperti curah hujan, gempa bumi, erosi, hingga aktivitas manusia.
BPBD menyebut sejumlah wilayah masuk dalam zona menengah potensi pergerakan tanah. "Prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah disusun berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) antara peta zona kerentanan gerakan tanah dengan peta prakiraan curah hujan bulanan yang diperoleh dari BMKG," tulis akun Instagram @bpbddkijakarta.
Info itu menyebutkan informasi dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), beberapa daerah di Provinsi DKI Jakarta berada di zona menengah.
Wilayah yang masuk zona menengah ada di dua wilayah, yakni Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Jakarta Selatan: Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan. Jakarta Timur: Kramat Jati dan Pasar Rebo. jon/S-2

Lokasi Rawan Longsor Harus Diturap

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan prakiraan lokasi potensi terjadinya pergerakan tanah, disusun berdasarkan hasil tumpang susun (overlay), antara peta zona kerentanan gerakan tanah dengan peta prakiraan curah hujan bulanan yang diperoleh dari BMKG.
"Dari hasil diperoleh lokasi-lokasi di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur yang rawan pergeseran tanah, di mana yang perlu dipantau adalah lokasi-lokasi, seperti lereng dengan kemiringan curam, tebing atau lereng jalan, tebing bantaran sungai," kata Nirwono saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (10/4).
Nirwono menambahkan di mana jika terjadi curah hujan di atas normal membuat lapisan tanah tidak keras dan menjadi bergerak atau bergeser yang jika terjadi di lokasi-lokasi tersebut di atas akan terjadi longsor. "Oleh karena itu, lokasi-lokasi tersebut harus diperkuat turap atau dinding penahan tanahnya," ucapnya.
Lokasi-lokasi itu harus bebas dari bangunan rumah dan permukiman untuk menghindari korban jika terjadi longsoran. "Sebenarnya dari peta tersebut terlihat bahwa daerah-daerah yang rawan pergerakan tanah berada di lokasi yang memang rawan longsor seperti tanah lereng dekat, tebing bantaran sungai," pungkasnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Sriyono
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top