Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 27 Mar 2018, 01:00 WIB

Menyaksikan Pentas Seni Tradisi di Mal

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, ketika membuka pagelaran seni di mal dengan tajuk Apresiasi Komunitas Budaya Nusantara 2018 di Bintaro Jaya Xchange Mall, Tangerang Selatan, pekan lalu.

Foto: istimewa

Pergelaran seni tradisi, umumnya digelar di gedung-gedung kesenian atau pusat-pusat kebudayaan. Namun, gebrakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan menggelar seni tradisi di sebuah mal, patut diacungi dua jempol.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggelar pementasan sejumlah seni tradisi dari 21 provinsi di Tanah Air di dalam Mal Bintaro Jaya Xchange Mall, Tangerang Selatan, pada 24-25 Maret.

"Ini baru pertama kalinya kami mementaskan seni tradisi di dalam mal dan sambutannya cukup tinggi, kita lihat sendiri pengunjung mal sangat antusias menyaksikan pementasan ini," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Hilmar Farid, usai membuka Apresiasi Komunitas Budaya Nusantara 2018.

Selain pementasan ekspresi budaya oleh sanggar seni tradisi perwakilan dari 21 provinsi, juga dilakukan diskusi kelompok terpumpun yang melibatkan perwakilan komunitas budaya dan pemerintah daerah.

Hilmar menjelaskan selama ini, pementasan seni tradisi banyak dilakukan di gedung pertunjukan, namun sekarang pihaknya berupaya untuk mendatangi masyarakat dengan menampilkan pentas seni budaya di mal terutama pada akhir pekan.

"Ini kesempatan yang bagus bagi masyarakat untuk menyaksikan seni tradisi yang ternyata masih dipertahankan masyarakat," kata Hilmar.

Hilmar menyebutkan, ke depan, pementasan itu tak hanya pada satu mal tetapi ke sejumlah mal dan juga gedung-gedung pemerintahan.

"Kami berharap semakin banyak mal yang mau bekerja sama untuk menampilkan seni tradisi. Kami akan menfasilitasinya. Tentu saja, kami berharap di sekolah-sekolah, seni tradisi bisa diajarkan kembali bekerja sama dengan sanggar komunitas," cetus dia.

Seorang pengunjung mal, Khairul (34), mengaku baru pertama kali melihat pertunjukan seni tradisi di dalam mal.

"Selama ini lihat pertunjukan seperti ini di sekolah saat perpisahan atau gedung pertunjukan. Tapi kali ini di mal, ini hal yang baru buat saya," kata Khairul yang membawa dua anaknya itu. Ant/pur/R-1

Ruang Edutainment di Pusat Kota

Galeri Indonesia Kaya (GIK) yang berada di West Mall Grand Indonesia Shopping Town lantai 8, Jakarta Pusat, boleh dibilang merupakan salah satu wahana pertunjukan seni yang berada di mal.

"Untuk itu kami mempersembahkan sebuah ruang edutainment seni dan budaya di pusat kota yang dikemas dengan cara kekinian agar mudah diterima oleh masyarakat, khususnya generasi muda," tutur Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Memasuki GIK, pengunjung akan disambut salam pemuda-pemudi Indonesia berbaju adat dari berbagai daerah di Nusantara yang muncul di layar multimedia. Selanjutnya, video mapping dengan bentuk wayang kulit, akan menceritakan penggalan-penggalan Mahabarata tentang Pandawa melawan Kurawa terhampar di hadapan pengunjung.

Belok kanan, pengunjung akan mendapati "kaca pintar" yang merupakan kumpulan objek budaya di seluruh Nusantara mulai dari pariwisata, kuliner, kesenian dan tradisi dengan tampilan yang menarik di atas layar touch screen. Tiga langkah berikutnya, pengunjung akan mendapati multimedia touch screen yang membahas seluk beluk budaya Indonesia dari banyak sisi, seperti dari sisi geografis, kebiasaan dan asal usul.

Selanjutnya, pengunjung dapat berfoto dengan pakaian adat digital dari seluruh Nusantara. Aplikasi ini terhubung dengan sosial media sehingga pengunjung dapat mengunggah fotonya. Berbagai macam alat musik Nusantara juga dihadirkan secara digital dengan bentuk touch screen.

Pengunjung dapat bermain dan mengaransemen musiknya sendiri. Sampai di selasar santai pengunjung dapat bersantai menikmati GIK. Di dalam selasar santai terdapat 10 tablet yang bebas dipakai. Pengunjung dapat mencoba bermain permainan tradisional, seperti congklak secara virtual yang diciptakan mirip dengan permainan aslinya. Berteknologi Microsoft Surface, Layar Telaah Budaya menampilkan informasi budaya secara Interaktif cukup dengan meletakkan kartu dengan obyek budaya yang diinginkan.

Gedung Seni yang Terintegrasi

Ciputra Artpreneur merupakan sebuah tempat yang didedikasikan untuk seni dan budaya.

Ciputra Artpreneur dibuat untuk mewujudkan keinginan Pak Ci, sapaan Ir. Ciputra, untuk membuat kompleks kesenian guna memamerkan benda-benda seni yang indah. Selain dikenal sebagai begawan properti, Pak Ci dikenal luas sebagai seorang yang punya ketertarikan pada dunia seni.

"Pak Ci begitu jatuh cinta dengan dunia seni. Menurut dia, yang namanya seni tidak hanya dinikmati sendiri, tapi harus disebarkan kepada semua orang," urai Sri Muliani Arief, Director Ciputra Artpreneur.

Artpreneur merupakan gabungan dari kata "art" dan "entrepreneur". Art mengandung nilai ekspresi manusia yang dituangkan ke dalam bentuk visual, sementara entrepreneur adalah kegiatan manusia yang mengolah sumber daya supaya nilainya menjadi bertambah. Bila digabungkan terdapat definisi kesenian dan kewirausahaan, di mana kegiatan manusia khususnya kesenian meningkatkan kesejahteraan pelaku industri terkait.

Ciputra Artpreneur terletak di Kompleks Multiguna Ciputra World 1 yang juga kawasan masterpeice karya Ciputra Grup yang terletak di Jalan Prof. Dr. Satrio Kuningan, Jakarta Selatan. Lokasinya sengaja dibentuk sebagai financial, shopping, dan art district seperti kota besar dunia.

Bangunan Ciputra Artpreneur ini berada di lantai 11-13 gedung yang berdampingan atau berintegrasi dengan mal, perkantoran, hotel, dan apartemen. "Ini bangunan pertunjukan seni pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan kawasan lainnya," tegas Sally Texania, Project Coordinator Ciputra Artpreneur.

Tempatnya mudah diakses, kalau sehabis jalan-jalan di Mal Lotte Avenue atau lelah bekerja bisa meluangkan waktu sejenak untuk menyegarkan pikiran menikmati karya seni.

Cukup merogoh Rp 30 ribu dan Rp 15 ribu untuk pelajar, pengunjung bisa leluasa menikmati karya indah. "Seni itu identik dengan orang tua, sekarang pengunjung Artpreneur banyak anak-anak muda," tutur Sally.

Lokasi Ciputra Artpreneur yang berada dekat pusat keramaian seolah menggambarkan bahwa seni dan budaya dekat dengan publik. "Di mana ada masyarakat beraktivitas di situ ada karya seni," kata Sally.

Kompleks Ciputra Artpreneur terdiri dari ruangan galeri, museum dan teater. Beberapa waktu lalu di bagian galeri tengah berlangsung pameran karya seniman kontemporer Indonesia tersohor dari Abdi Setiawan, Adi Gunawan, dll, dengan tajuk pameran "Melihat Indonesia". Sementara bagian museum menyajikan 9 buah lukisan milik Pelukis favorit Pak Ci, Hendra Gunawan.

gma/R-1

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.