Kisah KSAD Diancam Akan Ditembak
ilustrasi sejarah di tubuh TNI Angkatan Darat.
Foto: ISTIMEWAJAKARTA- Cerita ini adalah sekelumit dinamika yang pernah terjadi di tubuh TNI Angkatan Darat. Dinamika yang nyaris membuat Angkatan Darat terpecah-pecah. Pemicunya adalah ulah para politisi sipil di parlemen dan kabinet yang terlalu banyak merecoki urusan internal angkatan darat.
Ketika itu tahun 50-an. Indonesia, masih menganut sistem parlementer. Pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang kerap jatuh bangun, karena mosi tidak percaya dari para politisi sipil di parlemen. Para politisi sipil pun kerap ikut cawe-cawe (turut campur) dalam urusan internal TNI AD.
Ulah para politisi sipil yang terlalu banyak mencampuri urusan internal angkatan darat ini pun memicu kemarahan KSAD saat itu Kolonel Abdul Haris Nasution. Di sokong sejumlah perwira senior dan yunior, Nasution pun merancang aksi.
Para perwira AD yang marah pada politisi sipil ini menekan Bung Karno sebagai Presiden agar membubarkan parlemen. Demonstrasi pun marak terjadi. Bahkan sampai terjadi demonstrasi besar-besaran di depan Istana Negara yang didukung tentara. Istana Negara ditodong meriam.
Pelakunya adalah Kemal Idris, perwira Kostrad. Kelak ia jadi Pangkostrad setelah Pangkostrad sebelumnya, Jenderal Soeharto naik ke puncak kekuasaan.
Aksi sekelompok perwira ini membuat marah Bung Karno. Imbasnya, Kolonel Nasution dicopot dari jabatannya sebagai KSAD. Tak hanya itu, di tubuh AD juga terjadi perpecahan. Singkat cerita, untuk mengatasi itu kemudian diangkat Kolonel Bambang Sugeng untuk menggantikan Nasution. Sampai lahir Piagam Yogyakarta hasil dari konferensi para perwira AD. Piagam itu disepakati untuk jadi acuan dalam urusan internal AD.
Setelah itu Bambang Sugeng mengundurkan diri. Lalu pemerintah mengangkat Kolonel Zulkifli Lubis, Wakil KSAD sebagai Penjabat KSAD. Tak lama setelah itu proses pengisian KSAD yang baru dilakukan. Mengutip buku,"Kolonel Misterius Di Balik Pergolakan TNI AD," yang ditulis Peter Kasenda untuk mengisi posisi KSAD yang baru, pemerintah di bawah PM Ali Sastroamidjojo diusulkan beberapa nama perwira sebagai calon. Ada tiga perwira yang diusulkan yakni Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Sudirman dan Kolonel Bambang Utoyo.
Kolonel Sudirman adalah Panglima Brawijaya, sementara Bambang Utoyo, menjabat Panglima Sriwijaya. Tapi kemudian, Menteri Pertahanan Iwa Kusumasumantri menganulir usulan tiga calon KSAD itu yang sudah diajukan ke Presiden Soekarno.
Kemudian Iwa mengajukan calon baru yakni hanya Kolonel Bambang Utoyo. Tapi belum ada kata sepakat. Setelah itu diusulkan calon lain yakni Kolonel M Bachrun, Panglima Diponegoro.
Tapi Soekarno dan Hatta, tak mencapai kata sepakat. Presiden dan Wakil Presiden lantas menyerahkan urusan pencalonan KSAD ke kabinet. Dengan persetujuan Soekarno, kabinet menunjukan Kolonel Sudirman sebagian KSAD.
Tapi Sudirman menolaknya. Kemudian Bambang Utoyo dipilih. Utoyo menerimanya. Tapi ketika akan dilantik, Penjabat KSAD Kolonel Zulkifli Lubis melapor ke Bung Karno, bahwa seluruh perwira AD akan memboikot pelantikan Utoyo.
Namun pelantikan tetap dilakukan pada tanggal 27 Juni 1955 di Istana Negara. Pelantikan Utoyo tak dihadiri para perwira senior AD. Bahkan tak ada pengibaran bendera AD dalam pelantikan seperti biasanya. Bersamaan dengan itu Kolonel Zulkifli Lubis mengeluarkan pernyataan bahwa ia tak akan menyerahkan wewenangnya ke KSAD baru.
Tapi praktis sejak dilantik, Bambang Utoyo tak bisa menjalankan tugasnya sebagai KSAD secara normal. Bahkan, Bambang Utoyo tak berani berkantor di Markas Besar AD, karena diberi tahu agar jangan coba-coba berani memasuki markas.
Ketika itu menurut Peter Kasenda dalam bukunya tersiar kabar, jika Bambang berani menginjakan kaki di Markas AD, Kolonel Zulkifli Lubis akan menembaknya. Kolonel Zulkifli Lubis sendiri membantah kabar tersebut. Yang pasti, sampai Bambang Utoyo mundur, ia tak bisa jalankan tugasnya sebagai KSAD secara normal. ags/S-2
Redaktur: Sriyono
Penulis: Agus Supriyatna
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Leyton Orient Berharap Kejutkan City
- 2 PPATK Koordinasi ke Aparat Penegak Hukum terkait Perputaran Uang Judi Online Rp28,48 Triliun Jadi Aset Kripto
- 3 Diduga Terlibat Pemerasan, AKBP Bintoro Dipecat dari Polri
- 4 Ini Lima Kunci Sukses Iklan Video di YouTube
- 5 Rencana Perpusnas Mengurangi Jam Operasional Batal
Berita Terkini
- Ketua Dewan Pembina SOKSI, Bamsoet: Rapat Pleno Diperluas SOKSI Tetapkan Munas XII SOKSI Digelar 20 Mei 2025
- Rayakan Perbedaan dan Keberagaman, Bintang Hadirkan Instalasi Imersif ‘Bintang Dunia Tanpa Syarat’
- Patrick Kluivert Kasih Masukan untuk Jersey Terbaru Timnas Indonesia
- 110 Ribu Akun Berpartisipasi Pilih Desain Jersey Timnas
- Lisa BLACKPINK Rilis Lagu Baru Bareng Doja Cat & RAYE