Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 02 Mar 2019, 01:00 WIB

Ziarah, Rekreasi Jiwa

Foto: koran jakarta/aloysius widiyatmaka

Begitu mendengar Bangka, bayangan orang mungkin wisata laut atau kuliner. Memang pulau ini memiliki kekayaan pemandangan laut yang menakjudkan. Bangka juga terkenal sebagai salah satu surga kuliner. Namun di luar itu, bagi umat kristiani, masih bisa menikmati perjalanan ziarah juga.

Salah satu tempat ziarah yang paling popular adalah Goa Maria Belinyu. Untuk sampai di kawasan Belinyu dari Bandara Pangkalpinang lumayan jauh. Diperlukan waktu satu sampai dua jam perjalanan berkendara. Goa ini tepatnya berada di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Untuk sampai ke sini, masyarakat Jabodetabek dapat naik pesawat Garuda Indonesia atau Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Depati Amir, Pangkalpinang. Banyak taksi dari bandara menuju Belinyu.

Goa Maria Pelindung Segala Bangsa Kecamatan Belinyu ini dibangun di atas sebuah bukit kecil. Orang setempat menyebutnya sebagai "Mo Thian Liang". Kata ini berarti mencapai atau menggapai langit. Pembangunannya memakan waktu berbulan-bulan. Diawali Februari 1997, baru di resmikan Desember 1999.

Tempat ini sangat enak untuk berdoa, terutama pada pagi-pagi karena udara masih sejuk, atau boleh juga pada sore hari. Batu-batu yang dipasang sungguh menjadikan tempat ini bisa menambah khidmat orang berdoa. Posisi patung Bunda Maria juga tampak dari kejauhan. Jadi, mereka yang mau rendah hati atau merasa tak pantas berdekatan dengan Bunda, bisa berdoa dari jauh, apalagi disediakan banyak tempat duduk. Sebab dari bawah kita bisa memandang Bunda dan mohon bantuan menyampaikan doa kepada Sang Putra, Yesus, agar doa-doa kita dikabulkan.

Namun, kalau mau khusuk bisa mendekat di depan goa dengan posisi doa duduk bersila. Nah, umat bisa berlama-lama berkomunikasi dengan Ibu. Lingkungan goa yang asri, hijau, banyak pepohonan juga menambah kekhusukan berdoa. Apalagi kalau di depan dekat goa, tidak akan terganggu lalu lalang orang.

Sebab goa ini tak lagi sekadar sebagai tempat ziarah umat Katolik, umat agama lain juga banyak yang berkunjung untuk menikmati keindahan sekitar goa, yang memang asri. Mereka bisa mengabadikan perjalanan dengan berswafoto dengan latar belakang goa. Gambar bisa bagus karena posisi goa agak di atas, sehingga hasil bidikan bisa indah.

Dari Mimpi

Seperti banyak Goa Maria yang selalu memiliki latar belakang atau alasan dibangun di suatu daerah, demikian juga dengan tempat ziarah ini. Goa Maria Pelindung Segala Bangsa ini dimulai dari mimpi seorang pastor. Menurut Pastor Marcel Arnould, MEP, dia bermimpi melihat Goa Maria di sebuah bukit. Uniknya, jika bukit tersebut digali, di dalam tanah akan ditemukan tiga batu yang berbeda bentuknya. Satu batu berbentuk seperti altar. Dua batu lainnya berbentuk tangan terkatup.

Pastor Marcel mencoba menangkap makna mimpi, terutama dikaitkan dengan imannya. Istilahnya, dia mencari "pesan iman" mimpi tiga batu tersebut. Maka, untuk menguak misteri tersebut, dia mencoba membuktikan dengan menyuruh umat untuk menggali bukit kecil tersebut, apakah mimpinya benar nyata.

Ternyata memang di dalam tanah ada sebuah batu besar yang kini diletakkan di depan Bunda Maria. Menurut cerita setempat, lokasi perbukitan ini, di zaman Jepang, sering menjadi tempat persembunyian atau pelarian warga setiap menghindari kejaran tentara dai Nippon. Tentara Jepang tak ada yang berani masuk karena dulu hutannya cukup lebat dan banyak kisah mistis. Jadi, warga aman, setiap bersembunyi ke hutan ini.

Hebatnya, dari beberapa informasi diperoleh keterangan bahwa banyak peziarah dari mancanegara juga berkunjung ke sini. Mungkin karena doa mereka banyak terkabul, sehingga ada saja warga asing yang berdoa di sini. Seperti tempat ziarah lain, pada bulan Mei dan Oktober goa ini sangat ramai peziarah.

Banyak Biro Perjalanan Wisata luar daerah yang menjadikan Goa Maria Pelindung Segala Bangsa ini sebagai paket wisata. Mereka bisa rekreasi sekaligus berziarah atau berdoa. Jadi, silakan memasukkan destinasi ini ke dalam agenda perjalanan wisata Anda. Lokasinya mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan, hanya masuk beberapa puluh meter.

Lokasi ini bisa menjadi alternatif menimba keheningan sebagai "retret" singkat atau sesaat. Langkah ini semakin perlu karena manusia terus sibuk dengan urusan dunia agar jangan sampai hal itu mengganggu hubungan imanensi dengan Yang Ilahi. Apalagi, berziarah sudah menjadi darah daging umat kristiani di mana pun. Siapa pun memerlukan rekreasi jiwa seperti lewat ziarah ke Goa Maria Belinyu ini. wid/G-1

Umat Hindu Ziarah ke Situs Suci

Bali adalah tujuan wisata paling populer yang dimiliki bangsa Indonesia. Pulau Dewata juga banyak menjadi impian turis mancanegara. Salah satu yang menjadi andalan Bali dalam menarik wisatawan, baik domestik maupun asing, terutama mancanegara, adalah eksotika kehidupan masyarakatnya yang berbaur baik dengan kultur dan agama (Hindu).

Inilah kehebatan masyarakat Bali mampu menyaturkan tradisi, agama, dan kultur dengan baik sekali. Semua berkelindan dalam kehidupan atau napas sehari-hari secara indah. Keindahan itulah yang tak dimiliki wilayah lain dan ini yang menjadi daya tarik pelancong dari luar negeri. Salah satu tempat yang menarik didatangi adalah pura. Bali memiliki begitu banyak pura sebagai tempat sembahyang masyarakat.

Hindu juga memiliki tradisi berkunjung ke tempat-tempat ziarah yang antara lain dikenal dengan tirtha yatra. Kalau di India, tempat yang biasa dikunjungi untuk ziarah antara lain situs suci: puri, rameswaram, dwarka, dan badrinath dalam satu kompleks. Banyak umat Hindu setempat berziarah ke tempat suci tersebut. Istilah tirtha (air) dan yatra (bepergian) mengindikasikan umat Hindu juga memiliki tradisi ziarah untuk menyucikan diri. Maknanya, dengan mengadakan perjalanan ke tirtha yatra manusia diharapkan merenungi perjalanan hidup untuk menemukan jati diri.

"Ziarah" terbesar umat Hindu adalah merayakan Nyepi yang tahun ini jatuh pada 7 Maret. Sepanjang hari itu, masyarakat Bali benar-benar "mati" dari banyak kegiatan. Mereka tidak ke mana-mana, berada di rumah untuk merenungkan perjalanan sepanjang tahun demi perbaikan pada sepanjang tahun yang akan dijalani.

Inilah waktu 24 jam paling berharga dan terpenting bagi umat Hindu Bali. Mereka benar-benar diharapkan dapat memanfaatkan sepanjang hari Nyepi untuk puja bakti dan bersemadi guna menemukan jati diri.

Umat Hindu merayakan Nyepi untuk melihat ke dalam, mengoreksi, dan melepaskan diri dari segala keburukan agara dapat memulai hidup suci di tahun yang baru. Tahun baru dengan semangat baru. wid/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Aloysius Widiyatmaka

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.