Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I G7 Sebut Serangan Russia ke Kremenchuk sebagai Kejahatan Perang

Zelenskyy: Russia Harus Dilabeli "Sponsor Negara Terorisme"

Foto : AFP/UKRAINE EMERGENCY MINISTRY PRESS SERVICE

Serang Pusat Perbelanjaan I Gambar yang dirilis Dinas Tanggap Darurat Nasional Ukraina memperlihatkan sejumlah ­petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan api pada sebuah pusat perbelanjaan di Kota Kremenchuk yang dilalap api usai dihantam oleh serangan misil Russia pada Senin (27/6). Akibat serangan itu dilaporkan sedikitnya 20 orang tewas dan sekitar 40 orang lainnya belum ditemukan.

A   A   A   Pengaturan Font

KYIV - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Selasa (28/6) mengatakan bahwa Russia harus dilabeli sebagai sponsor negara terorisme, setelah melakukan serangan misil ke pusat perbelanjaan yang penuhi pengunjung di Kota Kremenchuk dan mengakibatkan sedikitnya 20 orang tewas.

"(Serangan) ini merupakan salah satu tindakan teroris paling berani dalam sejarah Eropa. Hanya teroris yang benar-benar gila, yang seharusnya tidak memiliki tempat di Bumi ini, yang mau menyerang dengan misil ke objek sipil," kata Zelenskyy melalui media sosialTelegram.

"Russia harus dilabeli sebagai negara sponsor terorisme. Oleh karena itu, komunitas dunia harus menghentikan aksi teror Russia," imbuh Zelenskyy, seraya menuding Russia telah melakukan serangan yang diperhitungkan pada infrastruktur sipil.

Sebelumnya pada Senin (27/6), serangan misil Russia telah menghantam sebuah pusat perbelanjaan di Kota Kremenchuk, Ukraina timur, saat ada sekitar seribu pengunjung di dalamnya.

Wakil kepala staf kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, mengatakan pada konferensi pers pada Selasa bahwa ada lebih dari 20 orang tewas dalam serangan itu. Tymoshenko pun menambahkan bahwa ada lebih dari 40 orang masih hilang.

"Beberapa jasad sudah tidak dapat diidentifikasi karena terbakar cukup parah. Mungkin perlu beberapa hari untuk mengidentifikasi mereka," kata Menteri Dalam Negeri Ukraina, Denys Monastyrsky.

Terkait serangan misil ke Kota Kremenchuk, Russia mengatakan bahwa mereka sebenarnya menargetkan gudang senjata Ukraina yang ada di kota itu dan ledakan hebat dari gudang senjata itu telah menghantam pusat perbelanjaan yang tutup.

Serangan itu menghantam gudang senjata dan amunisi dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa di sekitar pabrik mobil Kremenchuk," kata militer Russia dalam sebuah pernyataan. "Ledakan amunisi dari senjata Barat memicu kebakaran di pusat perbelanjaan terdekat, yang tidak beroperasi pada saat itu," imbuh mereka.

Mengetahui terjadinya serangan misil Russia yang menelan banyak korban jiwa, para pemimpin negara-negara G7 menyatakan bahwa serangan Russia itu sebagai sebuah kejahatan perang. Para pemimpin G7 bahkan bersumpah bahwa Presiden Russia, Vladimir Putin, dan siapapun yang bertanggung jawab atas serangan itu akan dimintai pertanggungjawaban.

"Serangan membabi buta terhadap warga sipil tak berdosa merupakan kejahatan perang," kata mereka dalam sebuah pernyataan yang mengutuk serangan keji itu.

Seruan Stoltenberg

Dalam serangan terpisah pada Senin, gubernur wilayah Lugansk, Sergiy Gaiday, mengatakan bahwa misil-misil Russia telah menewaskan sedikitnya delapan warga sipil di Kota Lysychansk.

Serangan misil Russia juga menyasar Kota Kharkiv di Ukraina timur laut. Dalam serangan ke Kharkiv dilaporkan telah menewaskan empat orang dan melukai 19 orang lainnya, termasuk empat anak, kata pihak berwenang.

Serangan Russia pun dilaporkan di Kota Sloviansk di wilayah timur.

Sementara itu Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, pada Selasa mendesak para pemimpin aliansi yang sedang menuju ke pertemuan puncak NATO di Madrid, Spanyol, untuk tetap mendukung Ukraina.

"Sangat penting bahwa kita siap untuk terus memberikan dukungan karena Ukraina sekarang menghadapi kebrutalan yang belum pernah kami lihat di Eropa sejak Perang Dunia II," kata Stoltenberg.AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top