Yang Tak Terlupakan dari Papua
ISBN : 9786020339825
Kinasih Andarwati atau Asih tokoh utama kita dalam novel ini baru saja pindah bersama keluarganya di Tanah Papua. Ayahnya adalah salah satu anggota ABRI, ibunya seorang wanita biasa yang kemudian membuka bisnis kelontong, dan juga Tutik, adiknya. Bapak termasuk kelompok tentara yang pertama dikirim ke wilayah ini (Papua) setahun setelah Presiden Soekarno mencanangkan Trikora. (hal.19) Pilihan mempergunakan istilah ABRI dan bukan tentara atau TNI-AD, menandakan latar waktu yang dikehendaki penulis.
Penggunaan istilah ABRI di novel ini lekat dengan era orde baru, ketika polisi dan TNI menjadi satu naungan, yang kemudian kembali diceraikan di masa reformasi. ABRI di era emas orde baru, benar-benar memiliki kekuasaan penting. Dan di novel, penulis juga menyinggung beberapa. Misalkan bagaimana Ibu Asih mendapatkan kemudahan meminjam utang, mendatangkan minyak tanah dengan jaminan posisi suaminya yang seorang ABRI.
Kepindahan mereka secara langsung menumbuhkan benturan budaya, Jawa-Papua. Asih yang masih belia menangkap itu dengan kacamata kepolosan. Pengidentifikasian Asih atas perubahan lingkungan juga tampak sangatlah polos. Misalkan bagaimana Asih mendiskripsikan Om Tamb, laki-laki dewasa berambut ikal, taka seluruhnya memang. Dia juga bertubuh tinggi besar dan kulitnya sedikit gelap. (hal.27)
Sepanjang novel kita akan disuguhi halaman demi halaman yang berisikan kenangan Asih (yang sangat mungkin dijahit dari pengalaman asli penulis) semasa di Papua. Mulai dari permainan kecil dengan Sendy, Tutik, dan kawan-kawannya di perumahan tentara. Sendy adalah teman pertamaku di kota ini, penting bagiku untuk menjadi teman sepadan baginya. (hal.1)
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya