Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang

Xi Jinping Tak Datang ke G20, Trump Ancam Naikkan Tarif Impor

Foto : LUDOVIC MARIN/AFP - TIMOTHY A CLARY AND NICHOLAS K
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 pada 28-29 Juni, di Osaka, Jepang, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Senin (10/6), kembali menyampaikan ancaman menaikkan tarif impor bagi barang-barang Tiongkok, Presiden Xi Jinping tidak menghadiri pertemuan kedua pemimpin muka yang telah direncanakan di sela-sela acara. Trump juga menegaskan bahwa Tiongkok tidak akan pernah menyalip ekonomi AS.

"Ya, itu akan terjadi," kata Trump kepada CNBC.

Trump mengatakan pertemuan itu telah dijadwalkan, dan dia mengharapkan Xi akan hadir.

"Saya akan terkejut jika dia tidak datang. Saya pikir dia akan hadir, saya belum pernah mendengar bahwa dia tidak datang," tambah dia.

Bulan lalu, juru bicara pemerintah Tiongkok mengatakan tidak memiliki informasi soal rencana pertemuan kedua pemimpin itu. Trump telah berusaha membuat perubahan mendasar pada kebijakan perdagangan Tiongkok, yang selama beberapa dekade diangap telah menjalankan praktik tidak adil dan menimbulkan kerugian pada AS. Kedua belah pihak telah melakukan tawar-menawar hingga perundingan terhenti bulan lalu.

Washington mengatakan, pada menit terakhir Beijing meninggalkan pertemuan, sementara Tiongkok mengisyaratkan telah siap untuk melakukan perang dagang jangka panjang untuk melawan tuntutan AS yang tidak masuk akal. Trump telah mengenakan bea masuk sebesar 25 persen atas impor Tiongkok senilai 200 miliar dollar AS, dan Beijing mmebalas dengan sanksi tarif untuk barang-barang AS senilai 60 miliar dollar AS.

Bulan lalu, Trump mengancam akan melancarkan tarif atas sisa barang Tiongkok senilai 300 miliar dollar AS yang belum masuk daftar, jika tidak ada kemajuan dalam perundingan.

Kantor Perwakilan Dagang AS telah memulai proses untuk menerapkan sanksi tarif yang baru dalam sidang 17 Juni mendatang. Namun, Trump mengatakan belum memutuskan untuk memberlakukan tarif baru.

Trump menjadikan instrumen tarif impor sebagai pilar kebijakan luar negeri, dengan alasan memiliki kekuatan ekonomi AS sebagai modal utama untuk memenangkan perselisihan dengan negara pesaing seperti Tiongkok, dan bahkan sekutu dekat AS, seperti Kanada, Uni Eropa, dan Meksiko. AS menuduh Tiongkok telah bertindak curang dalam perdagangan bilateral dengan memaksa importir AS untuk memberikan hak kekayaan intelektual, menyubsidi perusahaan negara, dan menjalankan surplus perdagangan yang sangat besar dengan Washington.

Tinggalkan Tiongkok

Trump mengatakan kepada CNBC, dengan menaikkan tarif akan memaksa para produsen untuk meninggalkan Tiongkok sebagai pusat produksi. "Perusahaan-perusahaan itu akan pindah ke lokasi lain dan tidak akan ada tarif," katanya.

Trump optimistis Tiongkok akan kalah dalam perang dagang, karena impor negara itu dari AS jauh lebih sedikit, sehingga sulit menerapkan tarif sebagai senjata.

"Kami memiliki keuntungan besar, besar. Tiongkok akan membuat kesepakatan karena mereka harus melakukannya," kata dia. AFP/SB/AR-2

Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top