Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Masyarakat

WHO Menyerukan Tindakan Nyata guna Pastikan Ketersediaan Air untuk Penduduk

Foto : ISTIMEWA

Anak-anak di Afrika Selatan mengambil air dari sebuah sumur di kaki pegunungan Drakensberg di Provinsi KwaZulu-Natal utara.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Temuan dalam Laporan Analisis Global dan Kajian atas Sanitasi dan Air Minum Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pekan ini menyebutkan miliaran orang yang tak memiliki akses pada air minum yang aman, sanitasi dan kebersihan, berisiko terjangkit penyakit menular mematikan.

Dikutip dari Voice of America, data yang dikumpulkan dari 121 negara menunjukkan, miliaran orang sedang menghadapi krisis kesehatan, dan negara-negara itu harus segera mengambil tindakan nyata untuk meningkatkan atau memulihkan fasilitas air, sanitasi, kebersihan dan kesehatan mereka, yang di WHO dikenal sebagai WASH (water, sanitation and hygiene).

Laporan yang paling komprehensif hingga saat ini, mendapati sebagian besar negara tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, yaitu menyediakan air dan fasilitas sanitasi pada semua orang selambat-lambatnya 2030.

Menurut Kepala Proyek Perairan, Sanitasi, Kebersihan, dan Kesehatan di WHO, Bruce Gordon, meskipun diperlukan percepatan secara dramatis, hanya 25 persen negara siap memenuhi target sanitasi itu, dan hanya 45 persen negara yang siap memenuhi target penyediaan air minum.

"Hal ini bertentangan dengan latar belakang sejumlah besar penyakit diare yang terkait dengan konsumsi air yang buruk, sanitasi yang buruk. Kurangnya kebersihan tangan juga berdampak pada infeksi saluran pernafasan. Hampir dua juta orang meninggal setiap tahun karena air, sanitasi dan kebersihan yang tidak dikelola dengan baik," ungkap Gordon.

Ditambahkannya, negara-negara perlu berkomitmen kembali pada target yang mereka buat untuk menyelamatkan nyawa. Gordon mencatat peluang besar melakukan hal itu akan terjadi dalam konferensi air dan sanitasi PBB yang bersejarah bulan Maret nanti.

Membuat Komitmen

Untuk pertama kali dalam 50 tahun, ujarnya, komunitas global akan berkumpul untuk meninjau kemajuan dan membuat komitmen memperbaiki situasi ini secara sukarela.

Laporan ini menyelidiki dampak peristiwa cuaca ekstrem terkait iklim yang menghambat penyampaian layanan WASH yang aman. Gordon mengatakan laporan itu menyoroti pentingnya ketahanan iklim dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

"Namun ketika kita melihat respons kebijakan apakah itu teknologi tahan iklim, atau hal-hal sederhana untuk mencegah banjir atau mengurangi kekeringan, manajemen risiko sederhana atau teknologi itu tidak diberlakukan," imbuh Gordon.

Laporan WHO itu menyerukan kepada pemerintah-pemerintah di dunia untuk meningkatkan investasi guna memperluas akses pada layanan air minum dan sanitasi yang dikelola dengan aman. Itu juga mendesak agar negara-negara memberikan dukungan pada layanan WASH dengan menerapkan sistem pemantauan, fungsi pengaturan dan pengembangan kapasitas.

Sebelumnya, kajian WHO dan UNICEF atas fasilitas layanan kesehatan global mendapati bahwa separuh dari layanan itu tidak higienis dan membuat sekitar 3,85 miliar orang berisiko terinfeksi dan meninggal.

Kajian WHO-UNICEF itu didasarkan pada data dari 40 negara yang mewakili 35 persen populasi dunia. Data itu memberikan gambaran yang mengkhawatirkan tentang fasilitas yang kekurangan air bersih dan sabun untuk mencuci tangan, memiliki toilet yang kotor, dan tidak mampu mengelola limbah perawatan kesehatan.

Laporan itu menyatakan kurangnya air bersih, sanitasi dan layanan kebersihan dasar yang dikenal sebagai WASH di layanan-layanan kesehatan ini berpotensi menyebabkan banyak kematian yang sebenarnya dapat dicegah.

Rick Johnson, Kepala Program Pemantauan Bersama WASH di WHO-UNICEF, mengatakan sepsis, yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, dapat dicegah dengan meningkatkan layanan WASH dalam perawatan kesehatan.

"Hal ini menyebabkan sekitar 11 juta kematian setiap tahun, yang sebenarnya dapat dicegah. Kita tahu dalam pengelolaan layanan kesehatan, kematian akibat sepsis dikaitkan dengan buruk kualitas layanan kesehatan, termasuk air bersih, sanitasi dan kebersihan dasar - atau WASH - yang tidak memadai. Hingga hari ini masih ada 670.000 kematian bayi baru lahir (neo-natal) yang terjadi akibat sepsis. Jadi ada beban besar yang dapat diperbaiki di sini," ungkapnya.

Data menunjukkan situasi di rumah-rumah sakit cenderung lebih baik dibanding fasilitas kesehatan yang lebih kecil.

WHO melaporkan layanan kebersihan di 46 negara kurang berkembang paling tertinggal, di mana hanya 32 persen fasilitas perawatan kesehatan yang menyediakan layanan air bersih, sanitasi, dan layanan kebersihan dasar.

Johnson mengatakan sub-Sahara Afrika adalah wilayah geografis dengan cakupan layanan dasar terendah, yaitu sekitar sepertiga lebih rendah dari negara-negara di lain di seluruh dunia.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top