Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Waspadai UKM Jadi Sasaran Penambangan Uang Digital

Foto : Istimewa

Ilustrasi penambangan uang digital kripto.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kaspersky mewaspadai upaya serangan siber berupa pelanggaran data dan ransomware. Namun, statistik baru dari perusahaan keamanan siber global ini menunjukkan ancaman terbesar dalam usaha kecil dan menengah (UKM) di Asia Tenggara bukanlah keduanya, melainkan para penambang kripto (miners).

"Kami tidak menyangkal fakta bahaya penambangan kripto merusak lebih ringan dibandingkan dengan ransomware, pelanggaran data, dan sejenisnya, tetapi itu tetap merupakan risiko yang harus dipertimbangkan oleh sektor UKM secara serius," ujar General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong dalam siaran pers, Rabu (3/6).

Pada 2020 Indonesia menempati urutan pertama di Asean dan ketiga secara global dengan serangan mencapai jumlah terdeteksi mencapai 481.944, naik dari peringkat kedelaparan sebanyak 466.297 pada 2019. Di bawah Indonesia, Vietnam dengan jumlah serangan terdeteksi mencapai 289.188 atau atau berada di peringkat kelima secara global, peringkat yang sama dengan 2019 dengan 235.014 seranagan terdeteksi.

Baca Juga :
Tingkatkan Kemampuan

Jumlah total upaya penambangan uang digital kripto yang terdeteksi pada kuartal pertama tahun ini juga secara signifikan lebih banyak dari 834.993 upaya phishing dan 269.204 deteksi ransomware terhadap UKM di wilayah tersebut Asean.

Uniknya para pelaku kejahatan siber di balik serangan ini menggunakan sumber daya korban sendiri, seperti listrik, bandwidth data. Penambangan kripto menggunakan malware penambangan seluler dapat membuat baterai perangkat yang terinfeksi membengkak hingga mengubah bentuk ponsel secara fisik. "Memanfaatkan yang sudah ada tanpa harus mengeluarkan biaya, begitulah cara kerja para penambang illegal," ujar Yeo Siang.

Menurut Yeo Siang, penambang kripto yang menginfeksi komputer pengguna pada dasarnya beroperasi sesuai dengan model bisnis yang sama dengan program ransomware, dengan memanfaatkan kekuatan komputasi target untuk memperkaya para pelaku kejahatan siber.

Selain bertambahnya substansial dalam konsumsi listrik dan penggunaan CPU, tambah dia, penambangan meningkatkan keausan pada perangkat keras dengan pemrosesan inti (processing core), termasuk yang berada di dalam kartu grafis diskrit, yang bekerja keras untuk menambang kripto yang sudah rusak.

Menurut dia, bandwidth yang terbuang selama proses penambangan juga mengurangi kecepatan dan efisiensi beban kerja komputasi yang sah. Selain itu, malware cryptojacking dapat membanjiri sistem, menyebabkan masalah kinerja yang cukup merusak, dan memiliki efek langsung pada jaringan bisnis hingga pada akhirnya berpengaruh pada pelanggan mereka. hay/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top