Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Indikator Makroekonomi | Inflasi Turun ke 0,09% dan PMI Melambat Jadi 50,3

Waspadai Pelemahan Inflasi

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Penurunan inflasi dibarengi dengan pelambatan kinerja industri manufaktur bisa menjadi indikasi adanya pelemahan daya beli yang perlu diwaspadai pemerintah.

JAKARTA - Pemerintah perlu mewaspadai tren penurunan inflasi dalam beberapa waktu belakangan ini. Di satu sisi, inflasi rendah baik bagi perekonomian karena terjadi penurunan harga barang, namun kondisi tersebut dikhawatirkan menjadi indikasi dari adanya pelambatan kinerja manufaktur akibat dampak pelemahan daya beli.

Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan jika melihat lebih detail, ada komponen yang memberikan andil inflasi yang cukup tinggi, yaitu makanan, minuman, dan tembakau. "Harga daging ayam dan telur ayam menyumbang cukup tinggi karena kenaikan terakhir luar biasa. Sedangkan barang pakaian dan alas kaki mengalami deflasi secara mtm yang menyiratkan bahaya penurunan permintaan barang tekstil," ungkapnya pada Koran Jakarta, Selasa (6/6).

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Mei 2023 tercatat 0,09 persen dari bulan sebelumnya atau month-to-month (mtm), menjadi terendah sejak Januari 2023. "Pasca-Lebaran 2023, tingkat inflasi mulai melemah, bahkan merupakan yang terendah sejak Januari 2023," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam Rilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen Mei 2023 di Jakarta, Senin (5/6).

Laju inflasi mulai turun pada Mei 2023 usai Lebaran atau Idul Fitri 2023 yang jatuh pada 22 April 2023. Inflasi bulanan pada Mei 2023 menjadi yang terendah sejak Januari 2023. Pada Januari, inflasi tercatat sebesar 0,34 persen, kemudian turun menjadi 0,16 persen pada Februari. Inflasi meningkat pada Maret menjadi 0,18 dan April menjadi 0,33 persen, hingga akhirnya turun menjadi 0,09 persen pada Mei.

Menurut Huda, pemerintah harus hati-hati melihat deflasi ini karena menggambarkan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur juga turun. "PMI turun disebabkan permintaan barang pakaian dan alas kaki yang menurun juga," tandas Huda.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top