Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Statistik Utang | Akhir Januari, Utang Luar Negeri Indonesia Membengkak Jadi Rp5.404 Triliun

Waspadai Lonjakan ULN Indonesia

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Peningkatan ULN perlu diwaspadai mengingat kenaikan tersebut terjadi di tengah kondisi utang global juga meningkat.

Jakarta - Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Januari 2019 meningkat 7,2 persen secara tahunan (yoy) karena peningkatkan utang pemerintah. Peningkatan itu menambah daftar panjang negara-negara di dunia yang mengalami hal serupa.

Kenaikan utang di beberapa negara di dunia dikhawatirkan mengganggu sistem keuangan global. Terlebih lagi, kondisi global saat ini tengah diliputi ketidakpastian, terutama perang dagang dan sejumlah risiko geopolitik.

Menurut Statistik Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia yang dilansir BI di Jakarta, Jumat (15/3), ULN hingga akhir Januari 2019 mencapai 383,3 miliar dollar AS atau setara 5.404 triliun rupiah berdasarkan asumsi kurs referensi Bank Indonesia (BI) akhir Januari 2019. Sebagai rinciannya, utang pemerintah dan BI sebesar 190,2 miliar dollar AS dan utang swasta termasuk BUMN sebesar 193,1 miliar dollar AS.

"Pertumbuhan ULN 7,2 persen (year on year/ yoy) yang relatif stabil tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ULN pemerintah di tengah perlambatan pertumbuhan ULN swasta," tulis Bank Sentral dalam laporannya.

Adapun ULN pemerintah yang sebesar 187,2 miliar dollar AS atau tumbuh 3,7 persen (yoy) dipengaruhi oleh arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) selama Januari 2019. Aliran dana ke SBN itu, disebut BI, menunjukkan peningkatan kepercayaan investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Sedangkan utang luar negeri swasta melambat pada Januari 2019. Jumlah ULN swasta hanya meningkat 1,5 miliar dollar AS, atau tumbuh 10,8 persen (yoy) melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan Desember 2018 yang sebesar 11,5 persen (yoy).

"Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor jasa keuangan dan asuransi yang melambat. Sementara itu, pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA) mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya," tulis Bank Sentral.

BI memandang struktur ULN Indonesia tetap sehat saat ini, yang terlihat dari rasionya terhadap produk domestik bruto (PDB) di kisaran 36 persen. Rasio tersebut, menurut BI, masih berada di kisaran rata-rata negara dengan kapasitas ekonomi serupa (peers). Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi ULN berjangka panjang dengan pangsa 86,2 persen dari total ULN.

Perlambat Pertumbuhan

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Sentral Kanada atau Bank of Canada (BOC), Carolyn Wilkins, mengungkapkan utang global terus meningkat sehingga dikhawatirkan memperlambat pertumbuhan ekonomi, termasuk di negaranya.

Baca Juga :
Menanti Hasil RDG BI

Berbicara kepada audiensi profesional dan mahasiswa keuangan di Vancouver, Wilkins mencatat sistem keuangan global berada di tempat yang lebih baik dibandingkan satu dekade lalu. Namun, ketidakpastian perdagangan dan risiko-risiko geopolitik lainnya dapat membuat hal itu keluar jalur.

"Utang global sekarang berjumlah sekitar 240 triliun dollar AS, itu 100 dollar AS triliun lebih tinggi daripada sebelum krisis keuangan. Itu adalah headwind untuk pertumbuhan dan membuat kita (Kanada) rentan terhadap periode lain ketidakstabilan keuangan," kata Wilkins.mad/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top