Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Geopolitik | Konsumsi BBM Berkontribusi Besar dalam Inflasi, Sekitar 63%

Waspadai Lonjakan Minyak Global

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Serangan militer Russia terhadap Ukrania menyulut kenaikan harga minyak dunia hingga mencapai level tertinggi sebesar 105 dollar AS per barel. Sebagai negara net importir, Indonesia sama sekali tak diuntungkan dengan kondisi ini.

Bahkan, lonjakan harga komoditas global tersebut justru merugikan dan memperberat beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tak hanya itu, lonjakan harga minyak dunia yang diikuti penyesuaian harga BBM dapat membebani daya beli masyarakat.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radi, mengatakan dalam kondisi tersebut, pemerintah tidak cukup hanya memantau perkembangan. Pemerintah harus mengantisipasi dan membuat proyeksi harga minyak yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan terkait harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

Untuk mengurangi beban APBN, pemerintah harus memutuskan kebijakan terhadap harga BBM tetap tidak menaikkan harga pertalite dengan mengalihkan subsidi premium sehingga harga pertalite tidak dinaikkan. "Kenaikan harga pertalite akan punya dampak domino menaikkan inflasi dan menurunkan daya beli rakyat. Pasalnya, jumlah konsumen BBM terbesar dengan proporsi mencapai 63 persen," ucapnya di Jakarta, Senin (28/2).

Kendati tidak menaikkan harga pertalite, pemerintah disarankan meyesuaikan harga pertamax sesuai harga pasar, lalu menghapus premium yang nilai subsidinya tinggi.

Menurut Fahmi, kalau harga BBM tidak dinaikkan, Pertamina harus menjual BBM di bawah harga keekonomian, yang berpotensi menanggung beban kerugian. Namun, beban kerugian Pertamina tersebut diganti oleh pemerintah dalam bentuk dana kompensasi.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah perlu membuat penyesuaian Indonesian Crude Price (ICP) secara proporsional yang diseuaikan dengan perkembangan harga minyak dunia.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi, menegaskan pemerintah terus memonitor dan antisipasi dampaknya kenaikan harga minyak global. "Tidak hanya harga minyak, tapi harga LPG seperti CP Aramco," ungkap Agung.

Dia menerangkan kenaikan harga minyak dunia turut mempengaruhi APBN. "Beban subsidi, khususnya BBM dan LPG, juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022. "Belum lagi biaya kompensasi BBM. Namun yang pasti, pemerintah terus mengamankan pasokan BBM dan LPG," ungkap Agung menambahkan.

Jaminan Suplai

Adapun perusahaan penyalur BBM, PT Pertamina (Persero) terus memantau perkembangan pasar migas dunia yang naik tajam. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, menjelaskan Pertamina terus memonitor kondisi energi global yang berpengaruh pada bisnis perusahaan agar dapat memastikan ketahanan energi nasional tetap terjamin, termasuk suplai BBM dan LPG.

Dia menambahkan, di samping memastikan penugasan untuk mendistribusikan energi ke seluruh Indonesia, Pertamina juga harus mengantisipasi dinamika market global saat ini yang berpotensi memberikan tekanan pada kinerja keuangan perusahaan dari sektor hilir.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top