Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kepala Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat DPKP, Saepuloh soal Kebakaran di Jakarta

Waspadai Cuaca Panas

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Panjangnya musim kemarau menyebabkan tingkat kekeringan semakin meninggi di beberapa wilayah. Hal ini diikuti juga makin seringnya terjadi bencana kebakaran karena banyak objek yang mudah tersulut panas.

Di Jakarta, setiap wilayah berpotensi mengalami kebakaran. Apalagi di tempat padat penduduk seperti Jakarta Barat. Namun, hal ini terus diupayakan pencegahan agar kerugian kebakaran tidak meluas. Salah satunya dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam menanggulangi kebakaran.

Untuk mengetahui lebih lanjut akan hal ini, reporter Koran Jakarta, Peri Irawan mewawancarai Kepala Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, Saepuloh, di Jakarta Barat, Minggu (3/8). Berikut petikannya:

Bagaimana dampak cuaca panas atas tingkat kebakaran di Jakarta?

Ya, situasi panas kan memicu terjadi penyalaan. Karena api itu kan salah satu unsurnya ada panas. Kalau terjadi panas, ada bahan bakar kemudian oksigen, terjadilah nyala api. Kenapa musim kemarau jadi meningkat, ya karena panas itu sangat dominan.

Upaya apa yang dilakukan Pemprov untuk meminimalisir kebakaran?

Hal yang terus kami lakukan adalah tetap memperbanyak sosialisasi dan mengajak peran serta masyarakat untuk mencegah kebakaran. Kita juga kerjasama dengan Kominfo minta tolong untuk disosialisasikan melalui videotron tentang pencegahan kebakaran. Kita juga ada aplikasi info kebakaran, kita sajikan upaya pencegahan kebakaran, penanganan kebakaran dan lainnya.

Bukannya belakangan cukup sering terjadi kebakaran di Jakarta?

Frekuensi kebakaran tahun ini, kalau dibilang tinggi ya tidak juga. Karena tahun lalu kan lebih tinggi angkanya. Tapi yang harus kita tekankan adalah kita bisa menekan kerugian seminimal mungkin.

Berapa angka frekuensi kebakaran ini?

Sampai saat ini sudah diatas 974 kejadian kebakaran. Tapi diantaranya 100 kejadian lebih kebakaran bisa diatasi langsung oleh masyarakat.

Seperti apa peran masyarakat dalam menangani kebakaran itu?

Untuk penanganan kebakaran kan bukan hanya Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, tetapi juga peran masyarakat dan swasta.. Terbukti dari ketiga unsur itu tercapai, ada peran pihak swasta, Dinas Pemadam Kebakaran dan juga masyarakat.

Kenapa banyak melibatkan ibu rumah tangga dalam pelatihan penanggulangan kebakaran ini?

Karena dalam penelitian LIPI, yang sering berada di rumah kan ibu rumah tangga. Yang sering bermain api juga ibu-ibu waktu memasak. Makanya, peserta sosialisasi kita perbanyak ibu rumah yangga yang dominan lebih banyak di rumah. Walaupun kita tidak membatasi harus laki-laki atau perempuan.

Apa yang menjadi penyebab terbesar kebakaran itu?

Yang paling tinggi tetap dari korsleting listrik yang terjadi pada bangunan perumahan.

Baca Juga :
Atraksi Ketangkasan

Seperti apa dampak penanganan langsung oleh masyarakat?

Artinya, kerugian bisa ditekan seminimal mungkin. Jadi, sebelum kebakaran membesar, api sudah padam duluan. Artinya, walaupun peran masyarakat masih kecil, tapi ternyata kerugian bisa ditekan sekecil mungkin. Tahun ini lebih kecil dibanding sebelumnya.

Berapa kerugian yang didapat atas kebakaran ini?

Kerugiannya mencapai 377 miliar rupiah, dengan 2400 KK atau 8496 jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Korban luka ada 112 orang dari masyarakat dan 19 dari petugas pemadam serta ada 66 orang meninggal dunia. Tahun lalu, frekuensi kebakaran mencapai 1100 kejadian. Frekuensi kebakaran di Ibukota memang menurun. P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top