Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Waspada Krisis! Tak Hanya Warga Ukraina, PBB Sebut Invasi Rusia Memaksa Lebih Banyak Penduduk Negara Miskin Mengungsi Tinggalkan Rumah, Kok Bisa?

Foto : Murad Sezer/REUTERS

Pengungsi Suriah

A   A   A   Pengaturan Font

Kepala badan pengungsi PBB (UNHCR) mengungkapkan invasi Rusia ke Ukraina akan mendorong krisis ketahanan pangan yang membuat lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka di negara-negara miskin, mendorong tingkat perpindahan global yang lebih tinggi.

Sebuah laporan yang dikeluarkan PBB pada hari Kamis (15/6), seperti dikutip Reuters, menunjukkan sekitar 89,3 juta orang di seluruh dunia telah dipaksa mengungsi akibat maraknya penganiayaan, konflik, pelecehan dan kekerasan pada akhir tahun 2021.

Sejak itu, jutaan lainnya telah meninggalkan Ukraina atau mengungsi di wilayah perbatasan. Tak hanya itu, kenaikan harga termasuk terhambatnya ekspor biji-bijian akan memicu lebih banyak perpindahan di tempat lain.

"Jika Anda memiliki krisis pangan di atas semua yang saya jelaskan, perang, hak asasi manusia, iklim, itu hanya akan mempercepat tren yang saya jelaskan dalam laporan ini," kata Filippo Grandi kepada wartawan pekan ini.

"Jelas dampaknya jika tidak segera diselesaikan akan cukup dahsyat," tambahnya.

Dirinya juga menuturkan akan lebih banyak orang yang melarikan diri sebagai akibat dari kenaikan harga dan pemberontakan kekerasan di wilayah Afrika.

Laporan UNHCR menyebut jumlah pengungsi secara keseluruhan akan meningkat setiap tahun selama dekade terakhir. Sementara saat ini, jumlah orang yang mengungsi telah mencapai 42,7 juta orang, dua kali lipat dari jumlah pengungsi pada tahun 2012.

Dikutip dari Reuters, Grandi juga mengkritik apa yang disebutnya "monopoli" sumber daya yang diberikan ke Ukraina sedangkan program lain untuk membantu para pengungsi kekurangan dana.

"Ukraina seharusnya tidak membuat kita melupakan krisis lain," katanya, menyebutkan konflik dua tahun di Ethiopia dan kekeringan di Afrika.

Menurut Gandi, langkah Uni Eropa dalam merespon krisis pengungsi "tidak seimbang". Dia membandingkan konflik antara negara-negara yang menerima sekelompok kecil migran yang menyeberangi Laut Tengah dengan perahu dengan kemurahan hati negara-negara Uni Eropa terhadap para pengungsi Ukraina sejak invasi Rusia dimulai pada Februari lalu.

"Tentu saja itu membuktikan poin penting: menanggapi masuknya pengungsi, kedatangan orang-orang yang putus asa di pantai atau perbatasan negara-negara kaya tidak dapat dikendalikan," katanya.

Laporan itu mengatakan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menampung 83 persen pengungsi dunia pada akhir tahun 2021.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top